Senin, 16 Januari 2012

JadiLah Milikku, mau?



Bukan kemarin sore aku mengenalnya.

Asih adalah kawan mainku sedari kecil.
Bukan hanya lugu, tapi tutur kata dan perangainya juga santun.
Rambutnya panjang terurai, matanya belok, hidungnya bangir.
Setiap kali bibir Asih mengulas senyum, hatiku terbuai.

Sudah  dua belas tahun kami menjalin kasih.
Bermula ketika kami tengah menimba ilmu di bangku SMA kelas 1,
tidak ada yang lain yang mampu menggantikan figur Asih  dalam hidupku.
Tidak dahulu tidak juga  sekarang.


Hari ini aku berniat melamarnya.
Melamar Asih untuk mau menjadi 'ummi' bagi calon anak-anakku kelak.


Kusewa salah satu resto termahal di kota kami,
hasil jerih payahku selama 6 bulan terakhir ini,
hanya  untuk sekedar “candle light dinner” dengan Asih.      

                                                                                                                                                           

"Kok gak biasanya Mas, kita makan di tempat elite begini?” tanya Asih tersipu.
“Sekali-sekali Dek.. mumpung Mas ada rejeki.” jawabku sekenanya.

“Mas Bagyo hari ini aneh,,rambutnya klimis betul,,setelannya rapi,,
 sumpah ganteng tenan. Sampai pangling aku, Mas.” kata Asih lagi,
dengan nada medok-nya, seolah tak percaya yang sedang ia ajak bicara ini
adalah Bagyo pacarnya, sopir taksi Expert.           


Kupandangi wajah ayu itu,,diantara semburat bayang rembulan,,
Angin menyapu wajah kami yang tengah merah merona  karna kasmaran, sedangkan
 lagu “Anggrek Bulan” mengalun merdu dari bibir biduan yang bergincu merah di atas  panggung itu.


What a perfect moment! pikirku.

Setengah terbata, aku mencoba menyampaikan maksudku pada Asih.



Bismillahirrohmanirrohim.

“Dek,,sudah lama kita bersama...rasanya kok tidak pantas dan tidak elok
bila Mas menggantungkan hubungan kita..”


Detak jantungku berdegup kencang lebih dari biasanya...


“Mas mau kita bisa lebih dari sekedar pacaran Dek,,
Mas pengen bisa jadi kakek nenek sama kamu..Apa kamu mau kupinang jadi isteriku, Dek?” 


Akhirnyaa,,,,keluar juga,,
Aku menghela nafas lega,,,


Asih tersipu dan aku menunggu..
Asih mulai berkata dan aku mendengar dengan seksama..

“Mas Gyo,,apa yaa perlu aku jawab pertanyaanmu itu..Sedari dulu..
  lhah yaa cuma sama Mas Gyo yang Asih sayang,,yang Asih cinta,,
  Ndak ada alasan buat Asih nolak pinangan Mas Gyo.”


Hatiku melonjak kegirangan,,,kukecup lembut punggung telapak tangannya,,,Senang.

Ya Allah, biyung,,,, maturnuwun,,, sudah ikut mendoakan anakmu ini,,,kataku dalam hati.

Spontan,,aku ambil kotak cincin di saku celanaku,,
Tak sabar aku ingin menyematkannya di jari manis Asih yang mungil itu.



Kubuka kotak itu perlahan..

Asih menatap heran..


“Astaghfirullah”

Belum kutebus cincin itu..lupaa.

Asih tersenyum KECUT

dan aku hanya bisa menatap nanar pada kotak kosong itu...

Bagyo B-O-D-O-H!!!! 


(pekikku dalam hati)


JadiLah Milikku, mau?



Bukan kemarin sore aku mengenalnya.

Asih adalah kawan mainku sedari kecil.
Bukan hanya lugu, tapi tutur kata dan perangainya juga santun.
Rambutnya panjang terurai, matanya belok, hidungnya bangir.
Setiap kali bibir Asih mengulas senyum, hatiku terbuai.

Sudah  dua belas tahun kami menjalin kasih.
Bermula ketika kami tengah menimba ilmu di bangku SMA kelas 1,
tidak ada yang lain yang mampu menggantikan figur Asih  dalam hidupku.
Tidak dahulu tidak juga  sekarang.


Hari ini aku berniat melamarnya.
Melamar Asih untuk mau menjadi 'ummi' bagi calon anak-anakku kelak.


Kusewa salah satu resto termahal di kota kami,
hasil jerih payahku selama 6 bulan terakhir ini,
hanya  untuk sekedar “candle light dinner” dengan Asih.      

                                                                                                                                                           

"Kok gak biasanya Mas, kita makan di tempat elite begini?” tanya Asih tersipu.
“Sekali-sekali Dek.. mumpung Mas ada rejeki.” jawabku sekenanya.

“Mas Bagyo hari ini aneh,,rambutnya klimis betul,,setelannya rapi,,
 sumpah ganteng tenan. Sampai pangling aku, Mas.” kata Asih lagi,
dengan nada medok-nya, seolah tak percaya yang sedang ia ajak bicara ini
adalah Bagyo pacarnya, sopir taksi Expert.           


Kupandangi wajah ayu itu,,diantara semburat bayang rembulan,,
Angin menyapu wajah kami yang tengah merah merona  karna kasmaran, sedangkan
 lagu “Anggrek Bulan” mengalun merdu dari bibir biduan yang bergincu merah di atas  panggung itu.


What a perfect moment! pikirku.

Setengah terbata, aku mencoba menyampaikan maksudku pada Asih.



Bismillahirrohmanirrohim.

“Dek,,sudah lama kita bersama...rasanya kok tidak pantas dan tidak elok
bila Mas menggantungkan hubungan kita..”


Detak jantungku berdegup kencang lebih dari biasanya...


“Mas mau kita bisa lebih dari sekedar pacaran Dek,,
Mas pengen bisa jadi kakek nenek sama kamu..Apa kamu mau kupinang jadi isteriku, Dek?” 


Akhirnyaa,,,,keluar juga,,
Aku menghela nafas lega,,,


Asih tersipu dan aku menunggu..
Asih mulai berkata dan aku mendengar dengan seksama..

“Mas Gyo,,apa yaa perlu aku jawab pertanyaanmu itu..Sedari dulu..
  lhah yaa cuma sama Mas Gyo yang Asih sayang,,yang Asih cinta,,
  Ndak ada alasan buat Asih nolak pinangan Mas Gyo.”


Hatiku melonjak kegirangan,,,kukecup lembut punggung telapak tangannya,,,Senang.

Ya Allah, biyung,,,, maturnuwun,,, sudah ikut mendoakan anakmu ini,,,kataku dalam hati.

Spontan,,aku ambil kotak cincin di saku celanaku,,
Tak sabar aku ingin menyematkannya di jari manis Asih yang mungil itu.



Kubuka kotak itu perlahan..

Asih menatap heran..


“Astaghfirullah”

Belum kutebus cincin itu..lupaa.

Asih tersenyum KECUT

dan aku hanya bisa menatap nanar pada kotak kosong itu...

Bagyo B-O-D-O-H!!!! 


(pekikku dalam hati)