“Jadi itu alasan kamu tidak ingin
buru-buru menikah dengan ku??
karena
ada dia dimatamu??Karena kamu lebih
memilih Mamaku??
Sintinggg!!”
gertak Rara.
“Bukan begitu Ra…dengar dulu
penjelasanku…” Dewa menarik kuat lengan Rara.
“Mama juga,,,kenapa Ma,,,kenapa mesti
Dewa yang jadi calon papa tiri Rara??
Kenapa
Mama tega?? Rara ingin Mama bahagia sepeninggal almarhum Papa,,,
tapi
bukan begini caranya Ma…” Rara menangis terisak,, amarah itu meledak.
Mama
hanya diam..menangis,,terus menangis dan bersimpuh di kaki Rara. Memohon maaf.
Terlambat kata Rara dalam hati.
Rara
muak. Rara benci.
“Cukuuuupppp Maaaa,,,, Rara benci
Mama,,,,Rara benci Dewa,,,kalian Jahaaaattttt!!!!”
teriak Rara sambil bergegas pergi.
teriak Rara sambil bergegas pergi.
Yaa,,dia
lari,,secepat dan sejauh mungkin.
Meninggalkan Mama dan Dewa yang masih saja terpaku,
Meninggalkan Mama dan Dewa yang masih saja terpaku,
merasa bersalah dan hanya setengah
berbusana.
***
Masih di hari yang sama…
Lagu Moves Like Jagger , nada
panggil milik Ares berbunyi…
“Ya say..kenapa lagi?” tanya Ares dengan nada penuh perhatian.
Dia sudah hafal betul siapa
pemilik suara di seberang sana.
Suara itu milik Rara. Sahabat karibnya.
Rara mengajak Ares bertemu.
Ia merasa tidak kuat menanggung beban itu sendiri.
Suara itu milik Rara. Sahabat karibnya.
Rara mengajak Ares bertemu.
Ia merasa tidak kuat menanggung beban itu sendiri.
“Mama kamu dan Dewa?”
tanya Ares seolah tak percaya dengan apa yang telah ia dengar barusan.
tanya Ares seolah tak percaya dengan apa yang telah ia dengar barusan.
Rara menceritakan setiap detail
adegan yang baru saja meluluhlantakkan hatinya.
“Aku tahu betul Mamaku. Aku tahu
sejak sepeninggal Papa, dia sering bawa laki-laki tak dikenal untuk berkunjung ke
rumah. Beberapa dari mereka bahkan sering menginap.
Aku sadar, Mama butuh pendapatan lebih untuk menghidupi aku dan ketiga adikku.
Aku berusaha menerima keterbatasan Mamaku, Mamaku yang jauh dari kata suci.
Tapi kenapa Mama justru memilih Dewa, lelaki yang sudah aku pacari 2 tahun ini?
Kenapa Dewa yang mesti Mama pilih jadi ayah tiriku?” ungkap Rara berapi-api.
Aku sadar, Mama butuh pendapatan lebih untuk menghidupi aku dan ketiga adikku.
Aku berusaha menerima keterbatasan Mamaku, Mamaku yang jauh dari kata suci.
Tapi kenapa Mama justru memilih Dewa, lelaki yang sudah aku pacari 2 tahun ini?
Kenapa Dewa yang mesti Mama pilih jadi ayah tiriku?” ungkap Rara berapi-api.
“Sudah Ra,,jangan minum lagi. Bir
itu tidak baik untukmu”. sanggah Ares.
“Aku ingin seperti kamu Res,
bebas. Tidak punya cinta. Time is money.
Life is money. Cinta itu Tahi.”
Ares cuma bisa diam, dalam hati
ia meringis, perih.
“Res.. kenapa kamu tidak menikah?
Kamu tampan. Kamu kaya. Kamu mapan. Wanita mana yang sanggup menolak kamu?Kenapa
kamu memilih sendiri? Siapa yang bakal mengurus kamu nanti?”lanjut Rara lagi.
“Sepertinya tidak ada tempat bagi
aku dan cintaku di dunia ini, Ra. Aku seperti dikutuk.” jelas Ares.
“Maksud kamu?”
***
“Ra,,,banguuunnn,,sudah pagi,
nanti terlambat masuk kantor..”
Suara Mama? Bagaimana mungkin?
MIMPI.
Semua kejadian tadi cuma mimpi?
Tidak ada Dewa. Tidak ada Ares.
Mataku sembab.
Mataku sembab.
Syukurlah,,ini cuma mimpi. Tuhan,
terima kasih. Untung cuma mimpi buruk.
Pagi ini,,matahari entah
bersembunyi dimana. Mendung.
Mama masih duduk di sofa depan. Berkelakar
dengan lelaki botak itu lagi.
Rara meraih handphonenya.
“Pagi sayang..” sapa Dewa.
“Ketemuan? Maaf Ra,,aku gak bisa.
Banyak meeting hari ini.
Kamu bisa maklum kan?” lanjut Dewa.
“Tentu saja, aku masih sayang
kamu Ra. Gak ada cewek lain lagi.
Kamu harus percaya itu.”
“Belum melamar kamu itu persoalan
lain Ra. Bukannya aku tidak serius.
Aku hanya belum siap. Aku pengen bisa mapan
dulu…” bla..bla..bla..
Rara jengah dengan setiap alasan
Dewa. Dia mematikan telponnya.
Di pencetnya nomor yang lain. Nomor Ares.
Di pencetnya nomor yang lain. Nomor Ares.
“Jam 10? Maaf Ra.. aku gak bisa.
Aku ada janji sama klien.
Malam baru bisa gimana?” jawab Ares.
“Kamu baik-baik aja kan, Ra?
Asal
nanti malam aku bakal available kok
buat kamu. “
“Janjian ama cewek? Hahaha Gak
lahh,,Benar kok,,dia cuma klien,,gak lebih.
Dalam kamusku gak ada kata cewek
dan gak ada kata cinta, Ra. Sibb,,
ditunggu nanti malam.”
Jam 10. 12…di Pagi yang sama..
Rara berjalan sendirian. Rehat
sejenak dari setumpuk tugas kantor, nikmat juga pikirnya. Kakinya melangkah ke Anomali
Café, sebuah kedai kopi yang berjarak sekitar dua blok dari tempatnya bekerja.
Sudah lama ia tidak menikmati coffe latte
dan Apple Pie disana. Seperti layaknya Ibu hamil, ia ngidam.
Rara semangat lagi.
Setelah lumayan jauh berjalan.
Akhirnya sampai juga.
Mata Rara berputar mencari tempat
duduk yang kosong.
Ramai.
Bola mata Rara sekejap berhenti
berputar.
Dia seolah tak percaya dengan apa
yang dilihatnya.
Di sudut Café itu, Dewa dan Ares
bercumbu.
Jlebb!!
Jadi karena ada Ares, di matamu
Wa..maka kamu selalu berkelit
tiap kali aku minta kamu menikahiku.
tiap kali aku minta kamu menikahiku.
Jadi karena ada Dewa, di matamu
Res.. maka kamu berbohong
dan bilang gak butuh cewek.
dan bilang gak butuh cewek.
Damn!! Batin Rara.
Pandangan Rara kabur. Rara merasa
tubuhnya melayang.
Tuhan, kali ini bukan mimpi.