Selasa, 17 Januari 2012

Ada Dia Di Matamu


“Jadi itu alasan kamu tidak ingin buru-buru menikah dengan ku??
  karena  ada dia dimatamu??Karena kamu lebih memilih Mamaku??
  Sintinggg!!” gertak Rara.

Bukan begitu Ra…dengar dulu penjelasanku…” Dewa menarik kuat lengan Rara.

Mama juga,,,kenapa Ma,,,kenapa mesti Dewa yang jadi calon papa tiri Rara??
  Kenapa Mama tega?? Rara ingin Mama bahagia sepeninggal  almarhum Papa,,,
  tapi bukan begini caranya Ma…” Rara menangis terisak,, amarah itu meledak.

 Mama hanya diam..menangis,,terus menangis dan bersimpuh di kaki Rara. Memohon maaf.

Terlambat kata Rara dalam hati.
 Rara muak. Rara benci.

Cukuuuupppp Maaaa,,,, Rara benci Mama,,,,Rara benci Dewa,,,kalian Jahaaaattttt!!!!
 teriak Rara sambil bergegas pergi.

 Yaa,,dia lari,,secepat dan sejauh mungkin.
  Meninggalkan Mama dan Dewa yang masih saja terpaku,    
 merasa bersalah dan hanya setengah berbusana.


***
Masih di hari yang sama…

Lagu Moves Like Jagger , nada panggil milik Ares berbunyi…
Ya say..kenapa lagi? tanya Ares dengan nada penuh perhatian.
Dia sudah hafal betul siapa pemilik suara di seberang sana.
Suara itu milik Rara. Sahabat karibnya.


Rara mengajak Ares bertemu.
Ia merasa tidak kuat menanggung beban itu sendiri. 
“Mama kamu dan Dewa?”
tanya Ares seolah tak percaya dengan apa yang telah ia dengar barusan.
Rara menceritakan setiap detail adegan yang baru saja meluluhlantakkan hatinya.
Aku tahu betul Mamaku. Aku tahu sejak sepeninggal Papa, dia sering bawa laki-laki tak dikenal untuk berkunjung ke rumah. Beberapa dari mereka bahkan sering menginap.
Aku sadar, Mama butuh pendapatan lebih untuk menghidupi aku dan ketiga adikku.
Aku berusaha menerima keterbatasan Mamaku, Mamaku yang jauh dari kata suci.
Tapi kenapa Mama justru memilih Dewa, lelaki yang sudah aku pacari 2 tahun ini?
Kenapa Dewa yang mesti Mama pilih jadi ayah tiriku?” ungkap Rara berapi-api.
Sudah Ra,,jangan minum lagi. Bir itu tidak baik untukmu”. sanggah Ares.
Aku ingin seperti kamu Res, bebas. Tidak punya cinta.  Time is money. Life is money.  Cinta itu Tahi.
Ares cuma bisa diam, dalam hati ia meringis, perih.
Res.. kenapa kamu tidak menikah? Kamu tampan. Kamu kaya. Kamu mapan. Wanita mana yang sanggup menolak kamu?Kenapa kamu memilih sendiri? Siapa yang bakal mengurus kamu nanti?”lanjut Rara lagi.
Sepertinya tidak ada tempat bagi aku dan cintaku di dunia ini, Ra. Aku seperti dikutuk.” jelas Ares.
Maksud kamu?
***
Ra,,,banguuunnn,,sudah pagi, nanti terlambat masuk kantor..
Suara Mama? Bagaimana mungkin?
MIMPI.
Semua kejadian tadi cuma mimpi? Tidak ada Dewa. Tidak ada Ares.
Mataku sembab.

Syukurlah,,ini cuma mimpi. Tuhan, terima kasih. Untung cuma mimpi buruk.

Pagi ini,,matahari entah bersembunyi dimana. Mendung.
Mama masih duduk di sofa depan. Berkelakar dengan lelaki botak itu lagi.
Rara meraih handphonenya. 

“Pagi sayang..” sapa Dewa.
“Ketemuan? Maaf Ra,,aku gak bisa. Banyak meeting hari ini. 
 Kamu bisa maklum kan?” lanjut Dewa.
Tentu saja, aku masih sayang kamu Ra. Gak ada cewek lain lagi.
 Kamu harus percaya itu.
Belum melamar kamu itu persoalan lain Ra. Bukannya aku tidak serius.
 Aku hanya belum siap. Aku pengen bisa mapan dulu…” bla..bla..bla..

Rara jengah dengan setiap alasan Dewa. Dia mematikan telponnya.
Di pencetnya nomor yang lain. Nomor Ares.

“Jam 10? Maaf Ra.. aku gak bisa. Aku ada janji sama klien. 
Malam baru bisa gimana?” jawab Ares.
“Kamu baik-baik aja kan, Ra? 
Asal nanti malam aku bakal available kok buat kamu. “
“Janjian ama cewek? Hahaha Gak lahh,,Benar kok,,dia cuma klien,,gak lebih. 
Dalam kamusku gak ada kata cewek dan gak ada kata cinta, Ra. Sibb,,
ditunggu nanti malam.”

Jam 10. 12…di Pagi yang sama..

Rara berjalan sendirian. Rehat sejenak dari setumpuk tugas kantor, nikmat juga pikirnya. Kakinya melangkah ke Anomali Café, sebuah kedai kopi yang berjarak sekitar dua blok dari tempatnya bekerja. Sudah lama ia tidak menikmati coffe latte dan Apple Pie disana. Seperti layaknya Ibu hamil, ia ngidam.
Rara semangat lagi.
Setelah lumayan jauh berjalan. Akhirnya sampai juga.
Mata Rara berputar mencari tempat duduk yang kosong.
Ramai.
Bola mata Rara sekejap berhenti berputar.
Dia seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Di sudut Café itu, Dewa dan Ares bercumbu.
Jlebb!!
Jadi karena ada Ares, di matamu Wa..maka kamu selalu berkelit  
tiap kali aku minta kamu menikahiku.
Jadi karena ada Dewa, di matamu Res.. maka kamu berbohong
dan bilang gak butuh cewek.
Damn!! Batin Rara.
Pandangan Rara kabur. Rara merasa tubuhnya melayang.
Tuhan, kali ini bukan mimpi.



Ada Dia Di Matamu


“Jadi itu alasan kamu tidak ingin buru-buru menikah dengan ku??
  karena  ada dia dimatamu??Karena kamu lebih memilih Mamaku??
  Sintinggg!!” gertak Rara.

Bukan begitu Ra…dengar dulu penjelasanku…” Dewa menarik kuat lengan Rara.

Mama juga,,,kenapa Ma,,,kenapa mesti Dewa yang jadi calon papa tiri Rara??
  Kenapa Mama tega?? Rara ingin Mama bahagia sepeninggal  almarhum Papa,,,
  tapi bukan begini caranya Ma…” Rara menangis terisak,, amarah itu meledak.

 Mama hanya diam..menangis,,terus menangis dan bersimpuh di kaki Rara. Memohon maaf.

Terlambat kata Rara dalam hati.
 Rara muak. Rara benci.

Cukuuuupppp Maaaa,,,, Rara benci Mama,,,,Rara benci Dewa,,,kalian Jahaaaattttt!!!!
 teriak Rara sambil bergegas pergi.

 Yaa,,dia lari,,secepat dan sejauh mungkin.
  Meninggalkan Mama dan Dewa yang masih saja terpaku,    
 merasa bersalah dan hanya setengah berbusana.


***
Masih di hari yang sama…

Lagu Moves Like Jagger , nada panggil milik Ares berbunyi…
Ya say..kenapa lagi? tanya Ares dengan nada penuh perhatian.
Dia sudah hafal betul siapa pemilik suara di seberang sana.
Suara itu milik Rara. Sahabat karibnya.


Rara mengajak Ares bertemu.
Ia merasa tidak kuat menanggung beban itu sendiri. 
“Mama kamu dan Dewa?”
tanya Ares seolah tak percaya dengan apa yang telah ia dengar barusan.
Rara menceritakan setiap detail adegan yang baru saja meluluhlantakkan hatinya.
Aku tahu betul Mamaku. Aku tahu sejak sepeninggal Papa, dia sering bawa laki-laki tak dikenal untuk berkunjung ke rumah. Beberapa dari mereka bahkan sering menginap.
Aku sadar, Mama butuh pendapatan lebih untuk menghidupi aku dan ketiga adikku.
Aku berusaha menerima keterbatasan Mamaku, Mamaku yang jauh dari kata suci.
Tapi kenapa Mama justru memilih Dewa, lelaki yang sudah aku pacari 2 tahun ini?
Kenapa Dewa yang mesti Mama pilih jadi ayah tiriku?” ungkap Rara berapi-api.
Sudah Ra,,jangan minum lagi. Bir itu tidak baik untukmu”. sanggah Ares.
Aku ingin seperti kamu Res, bebas. Tidak punya cinta.  Time is money. Life is money.  Cinta itu Tahi.
Ares cuma bisa diam, dalam hati ia meringis, perih.
Res.. kenapa kamu tidak menikah? Kamu tampan. Kamu kaya. Kamu mapan. Wanita mana yang sanggup menolak kamu?Kenapa kamu memilih sendiri? Siapa yang bakal mengurus kamu nanti?”lanjut Rara lagi.
Sepertinya tidak ada tempat bagi aku dan cintaku di dunia ini, Ra. Aku seperti dikutuk.” jelas Ares.
Maksud kamu?
***
Ra,,,banguuunnn,,sudah pagi, nanti terlambat masuk kantor..
Suara Mama? Bagaimana mungkin?
MIMPI.
Semua kejadian tadi cuma mimpi? Tidak ada Dewa. Tidak ada Ares.
Mataku sembab.

Syukurlah,,ini cuma mimpi. Tuhan, terima kasih. Untung cuma mimpi buruk.

Pagi ini,,matahari entah bersembunyi dimana. Mendung.
Mama masih duduk di sofa depan. Berkelakar dengan lelaki botak itu lagi.
Rara meraih handphonenya. 

“Pagi sayang..” sapa Dewa.
“Ketemuan? Maaf Ra,,aku gak bisa. Banyak meeting hari ini. 
 Kamu bisa maklum kan?” lanjut Dewa.
Tentu saja, aku masih sayang kamu Ra. Gak ada cewek lain lagi.
 Kamu harus percaya itu.
Belum melamar kamu itu persoalan lain Ra. Bukannya aku tidak serius.
 Aku hanya belum siap. Aku pengen bisa mapan dulu…” bla..bla..bla..

Rara jengah dengan setiap alasan Dewa. Dia mematikan telponnya.
Di pencetnya nomor yang lain. Nomor Ares.

“Jam 10? Maaf Ra.. aku gak bisa. Aku ada janji sama klien. 
Malam baru bisa gimana?” jawab Ares.
“Kamu baik-baik aja kan, Ra? 
Asal nanti malam aku bakal available kok buat kamu. “
“Janjian ama cewek? Hahaha Gak lahh,,Benar kok,,dia cuma klien,,gak lebih. 
Dalam kamusku gak ada kata cewek dan gak ada kata cinta, Ra. Sibb,,
ditunggu nanti malam.”

Jam 10. 12…di Pagi yang sama..

Rara berjalan sendirian. Rehat sejenak dari setumpuk tugas kantor, nikmat juga pikirnya. Kakinya melangkah ke Anomali Café, sebuah kedai kopi yang berjarak sekitar dua blok dari tempatnya bekerja. Sudah lama ia tidak menikmati coffe latte dan Apple Pie disana. Seperti layaknya Ibu hamil, ia ngidam.
Rara semangat lagi.
Setelah lumayan jauh berjalan. Akhirnya sampai juga.
Mata Rara berputar mencari tempat duduk yang kosong.
Ramai.
Bola mata Rara sekejap berhenti berputar.
Dia seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Di sudut Café itu, Dewa dan Ares bercumbu.
Jlebb!!
Jadi karena ada Ares, di matamu Wa..maka kamu selalu berkelit  
tiap kali aku minta kamu menikahiku.
Jadi karena ada Dewa, di matamu Res.. maka kamu berbohong
dan bilang gak butuh cewek.
Damn!! Batin Rara.
Pandangan Rara kabur. Rara merasa tubuhnya melayang.
Tuhan, kali ini bukan mimpi.