Rabu, 18 Januari 2012

Sepucuk Surat (Bukan) Dariku

Surat itu tergeletak begitu saja di atas meja.
Ditulis dengan tinta hitam di atas secarik kertas merah muda.
Harum.


Dear Papa..
Mama tahu sudah sejak lama Papa tidak menginginkan Mama lagi..
Di mata Papa..Mama tidak lebih dari seonggok daging yang tidak lagi menggairahkan..
Timbunan lemak dan tumpukan sellulit itu telah menghilangkan nafsu Papa untuk menyentuh Mama,,
Apa  Papa pikir..Mama bodoh Pa,,,
Mama juga tahu,,Papa sering melepaskan nafsu birahi Papa dengan wanita jalang itu.
Apa Papa tidak sadar..Mama memergoki kalian waktu itu..di siang hari di kafe itu..
Kalian bercumbu. 


Ini tidak mungkin. batin Arman

Tangannya bergetar..jantungnya berdegup kencang..Mampus!!

Pasti ada yang salah. Pasti.

Dibacanya lagi surat itu...

Mama sudah tidak tahan Pa.. Papa terlalu menyakiti batin Mama. Papa telah  memperkosa harga diri Mama.Selama ini Mama yang bekerja membanting tulang. Tapi Papa justru menghabiskan uang hasil jerih payah itu dengan main serong.  Tega!!

Mama diam saja tidak berarti  Mama tidak cemburu Pa. Mama cemburu.
tapi Mama lebih memilih diam.

 Diam karena terlalu mencintaimu, Pa. sama halnya ketika menulis surat ini,, 
Mama terlalu cinta, maka Mama tak sampai hati menghardikmu secara langsung.

 Tapi ini sudah lebih dari cukup Pa..Ijinkan Mama pergi..Lepaskan Mama...Ceraikan Mama.

_isterimu_

Tidak. Ini tidak boleh terjadi. pekik Arman dalam hati. 



***

"Ma...apa maksud Mama menulis surat ini?" teriak Arman kepada Dewi.
"Surat apa Pa?" tanya Dewi kaget.
"Sudah Ma...baca saja.." gertak Arman. sambil melemparkan surat itu kepada Dewi.
"Ini apa.." tanya Dewi.
"Ma...kenapa Mama tidak percaya pada Papa..Papa kurang apa..Papa hanya mencintai Mama.
Tidak ada yang lain. Tapi kenapa Mama menuduh Papa dan memfitnah Papa seperti ini. Mama bahkan minta supaya Papa menceraikan Mama. Apa-apaan ini Ma?"

Dewi bingung.
"Tapi,, Pa,,bukan maksud Mama begitu,, Dengar dulu Pa.."
"Papa kecewa Ma..Mama tahu benar kan, Mama sangat berarti buat Papa. Apa Mama tidak percaya dengan Papa?" teriak Arman.
"Bukan tidak percaya Pa..Mama hanya dari tadi bingung dari mana Papa dapat surat ini.
Tapi...sikap Papa memang akhir-akhir ini aneh,,Papa jarang makan malam di rumah,,Tiap kali wiken bilangnya lembur.. jangan-jangan Papa betul maen serong? Papa betul punya simpanan? Ngaku.."  balas Dewi.


Arman panik. Dewi justru balik emosi.
Bukan.
Bukan begini skenarionya. 
Dewi tidak boleh menggugat cerai aku.


Ratih menuruni anak tangga itu.
"Ada apa ribut-ribut Ma..?? Pa??" teriaknya.
"Mama mu minta cerai Tih.." terang Arman.
"Apa ini Ma... Kenapa begitu Ma?? Ratih gak terima..Ini konyol.."
"Ini semua tidak benar. Papamu justru yang menuduh Mama duluan dengan menulis surat itu"
"Surat apa Ma?" Ratih menarik surat itu dari tangan Dewi.

"Ya Tuhan...Pa.. Ma... Ini surat, Ratih yang buat."
???
"Iya Ma..Pa..Ratih berniat ikut lomba menulis Surat Untuk Papa..dengan tema cemburu.. Kalau menang, bisa jalan-jalan ke Singapura dengan editor dari Majalah "SimpLe". "

Fiuhh..ternyata


Dipeluknya Dewi..

"Untung yaa Ma,,ini cuma salah paham.." kata Arman kepada Dewi.
  Dewi pun tersenyum lega..

Arman mengambil hp androidnya,,

Untung masih selamat,,

Sms itu dikirim untuk Arini, gadis paruh baya yang dinikah sirri oleh Arman tujuh bulan lalu.

Dihapusnya cepat-cepat sent item itu.

Nyess..!


Sepucuk Surat (Bukan) Dariku

Surat itu tergeletak begitu saja di atas meja.
Ditulis dengan tinta hitam di atas secarik kertas merah muda.
Harum.


Dear Papa..
Mama tahu sudah sejak lama Papa tidak menginginkan Mama lagi..
Di mata Papa..Mama tidak lebih dari seonggok daging yang tidak lagi menggairahkan..
Timbunan lemak dan tumpukan sellulit itu telah menghilangkan nafsu Papa untuk menyentuh Mama,,
Apa  Papa pikir..Mama bodoh Pa,,,
Mama juga tahu,,Papa sering melepaskan nafsu birahi Papa dengan wanita jalang itu.
Apa Papa tidak sadar..Mama memergoki kalian waktu itu..di siang hari di kafe itu..
Kalian bercumbu. 


Ini tidak mungkin. batin Arman

Tangannya bergetar..jantungnya berdegup kencang..Mampus!!

Pasti ada yang salah. Pasti.

Dibacanya lagi surat itu...

Mama sudah tidak tahan Pa.. Papa terlalu menyakiti batin Mama. Papa telah  memperkosa harga diri Mama.Selama ini Mama yang bekerja membanting tulang. Tapi Papa justru menghabiskan uang hasil jerih payah itu dengan main serong.  Tega!!

Mama diam saja tidak berarti  Mama tidak cemburu Pa. Mama cemburu.
tapi Mama lebih memilih diam.

 Diam karena terlalu mencintaimu, Pa. sama halnya ketika menulis surat ini,, 
Mama terlalu cinta, maka Mama tak sampai hati menghardikmu secara langsung.

 Tapi ini sudah lebih dari cukup Pa..Ijinkan Mama pergi..Lepaskan Mama...Ceraikan Mama.

_isterimu_

Tidak. Ini tidak boleh terjadi. pekik Arman dalam hati. 



***

"Ma...apa maksud Mama menulis surat ini?" teriak Arman kepada Dewi.
"Surat apa Pa?" tanya Dewi kaget.
"Sudah Ma...baca saja.." gertak Arman. sambil melemparkan surat itu kepada Dewi.
"Ini apa.." tanya Dewi.
"Ma...kenapa Mama tidak percaya pada Papa..Papa kurang apa..Papa hanya mencintai Mama.
Tidak ada yang lain. Tapi kenapa Mama menuduh Papa dan memfitnah Papa seperti ini. Mama bahkan minta supaya Papa menceraikan Mama. Apa-apaan ini Ma?"

Dewi bingung.
"Tapi,, Pa,,bukan maksud Mama begitu,, Dengar dulu Pa.."
"Papa kecewa Ma..Mama tahu benar kan, Mama sangat berarti buat Papa. Apa Mama tidak percaya dengan Papa?" teriak Arman.
"Bukan tidak percaya Pa..Mama hanya dari tadi bingung dari mana Papa dapat surat ini.
Tapi...sikap Papa memang akhir-akhir ini aneh,,Papa jarang makan malam di rumah,,Tiap kali wiken bilangnya lembur.. jangan-jangan Papa betul maen serong? Papa betul punya simpanan? Ngaku.."  balas Dewi.


Arman panik. Dewi justru balik emosi.
Bukan.
Bukan begini skenarionya. 
Dewi tidak boleh menggugat cerai aku.


Ratih menuruni anak tangga itu.
"Ada apa ribut-ribut Ma..?? Pa??" teriaknya.
"Mama mu minta cerai Tih.." terang Arman.
"Apa ini Ma... Kenapa begitu Ma?? Ratih gak terima..Ini konyol.."
"Ini semua tidak benar. Papamu justru yang menuduh Mama duluan dengan menulis surat itu"
"Surat apa Ma?" Ratih menarik surat itu dari tangan Dewi.

"Ya Tuhan...Pa.. Ma... Ini surat, Ratih yang buat."
???
"Iya Ma..Pa..Ratih berniat ikut lomba menulis Surat Untuk Papa..dengan tema cemburu.. Kalau menang, bisa jalan-jalan ke Singapura dengan editor dari Majalah "SimpLe". "

Fiuhh..ternyata


Dipeluknya Dewi..

"Untung yaa Ma,,ini cuma salah paham.." kata Arman kepada Dewi.
  Dewi pun tersenyum lega..

Arman mengambil hp androidnya,,

Untung masih selamat,,

Sms itu dikirim untuk Arini, gadis paruh baya yang dinikah sirri oleh Arman tujuh bulan lalu.

Dihapusnya cepat-cepat sent item itu.

Nyess..!