Minggu, 25 Maret 2012

Kisah Kupu-Kupu Yang Lucu








“Ayooo…Azzura, sedikit lagi..kamu pasti bisa. Semangat Azzura, lebih tinggi, sedikit lagi..”

Begitulah Mama Azalea mendidik Azzura kecil agar tumbuh menjadi kupu-kupu yang mahir terbang tinggi.
Azzura tumbuh bersama kedua orang tuanya dan ketiga orang kakaknya di sebuah dataran tinggi  nan elok bernama Dianthus, di bawah kaki pegunungan Orchilea. Dianthus merupakan salah satu pemukiman yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Metland, yang saat ini dipimpin oleh Raja Oleander dan Permaisuri Bernadette. 

Papa Azzura, bernama Alvaro, adalah seorang tetua yang dipercaya menjadi Panglima Metland.Mama Azzura, yakni Azalea, semula adalah seorang pewaris tunggal kekayaan Kerajaan Crayonland, akan tetapi hak waris itu dicabut karena Mama Azalea dianggap sebagai pengkhianat karena lebih memilih untuk menikah dengan Alvaro yang berasal dari Suku Metland, musuh bebuyutan Suku Crayonland. Kakak laki-laki dan perempuan Azzura berturut-turut bernama Auro, Abigail, dan Amora.


Meskipun terlahir sebagai anak bungsu, Azzura tidak mendapat perlakuan yang istimewa.  Di mata Papa Alvaro dan Mama Azalea, semua anaknya, tanpa kecuali, adalah sama. Masing-masing dari mereka dilatih untuk dapat hidup mandiri dan dispilin sedari kecil.

"Satu-satunya orang yang bisa kamu andalkan dan kamu percaya di dunia ini, adalah diri kamu sendiri. Jadi belajarlah untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain" pesan Papa Alvaro suatu hari.


Sedikit berbeda dari ketiga kakaknya, Azzura yang telah menginjak remaja, tumbuh menjadi kupu-kupu yang lincah, lucu, cerdas, cantik dan anggun. Hampir setiap orang berdecak kagum melihat pesona Azzura. Pujian-pujian  itu konon membuat hati Azzura melambung tinggi dan membuatnya menjadi pribadi yang angkuh.

"Azzura..mau kemana? Hari sudah menjelang petang..Jangan pergi jauh-jauh" pinta Mama Azalea.

 "Aku ingin turun ke kota, Ma..Aku butuh suasana baru." jawab Azzura.

"Batalkanlah niatmu, Nak.. ingat, 2 hari lagi kamu ada kompetisi "Bejeweled Twist" , kamu harus menjaga kondisi fisikmu. Bukankah lebih baik kamu berlatih dengan Papamu daripada sibuk bermain?" kata Mama mengingatkan.

"Bejeweled Twist" adalah kompetisi terbang yang diikuti hampir seluruh kupu-kupu yang menjadi penghuni dataran tinggi Dianthus. Kompetisi ini diadakan untuk menyemarakkan peringatan ulang tahun Raja Oleander, setiap tahunnya. Barangsiapa memenangkan kompetisi ini, maka Raja menjanjikan jabatan yang tinggi di kerajaan. Para kontestan akan dibagi berdasarkan umur masing-masing dan medan terbang yang dilewati akan disesuaikan dengan umur dan jam terbang kupu-kupu yang bersangkutan. Keluarga Azzura merupakan juara bertahan dalam kompetisi tersebut, tak pelak hal ini membuat Keluarga Azzura mempunyai derajat sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan keluarga kupu-kupu yang lain. Dan, berkat didikan keras Papa Mamanya, Azzura sudah dua kali berturut-turut keluar sebagai juara pertama di level sebayanya.

"Sudahlah Ma..Mama tidak perlu khawatir..Aku pasti menang dalam kompetisi itu. Kompetisi itu bukan masalah besar. Kemenangan dan keberuntungan akan selalu berpihak pada kita Ma."

"Kamu terlalu percaya diri Azzura..Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Lagipula kamu tahu betul, seberapa penting kompetisi itu bagi kehormatan dan harga diri keluarga kita". kata Papa menambahkan.

"Papa Mama terlalu tegang..Kalian hanya perlu sedikit rileks dan yakin. Itu saja."

Azzura melenggang pergi, terbang tinggi dan tak mengindahkan nasihat kedua orang tuanya sama sekali.

***
Setelah melewati lembah,kerakal-kerakal tajam, ngarai-ngarai yang curam dan hamparan bukit-bukit nun hijau, Azzura sampai juga di pusat kota.

Sebuah kebetulan, ia bertemu dengan kawan lamanya seekor tikus kampung, bernama Balmut.

"Azzura..sempat aku tak mengenalimu. Kamu sudah makin besar dan cantik sekarang." sapa Balmut.

"Hai Balmut..dan kamu masih saja dekil dan jorok.  Belum berubah juga rupanya?"  hahaha Azzura tergelak.

"Nada bicaramu masih saja kasar Azzura..kamu pun belum berubah."

"Apa yang aku ungkap itu fakta Balmut..kamu tidak bisa menghindari takdirmu. Yang aku masih pertanyakan, untuk apa Tuhan menciptakan kamu. Kamu tidak ada gunanya. Kamu itu sampah masyarakat. Kamu pengecut. Kamu mencuri makanan-makanan tuanmu. Kamu rusak barang-barang mereka. Tuhan menciptakan kamu, mungkin karena  Tuhan lebih menyayangi ular dan elang. Karena dengan adanya kamu, maka mereka dapat bertahan hidup. Sungguh kenyataan yang menyedihkan."

"Tidakkah kamu melihatku? Aku adalah perlambang keindahan. Aku membantu penyerbukan bunga-bunga. Bunga-bunga tumbuh bermekaran karena jasaku. Tidakkah dapat kamu bayangkan, apa jadinya dunia ini, bila tidak ada bunga-bunga? Dunia ini tidak hidup, Balmut. Dunia ini butuh aku. Sangat berbanding terbalik bukan? karena aku justru menebar kebahagiaan bukan amarah sebagaimana yang mereka rasakan ketika memandangmu".

"Kamu hendak kemana Azzura?" tanya Balmut sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Aku ingin pergi melihat-lihat kastil tua di selatan sana Balmut. Mari bergabung jika kamu ada waktu." jelas Azzura.

"Tapi hati-hati..Penjaga disana sudah bukan yang dulu lagi..kali ini kurang ramah."

"Tenang saja Balmut, kita akan main aman."

***
Kurang lebih setengah jam Azzura terbang melintasi sudut-sudut kastil tua itu. Betapa riangnya hati Azzura, sepanjang perjalanan ia bersenandung. Balmut dengan setia mengikuti di belakangnya, sambil sesekali berbelok, jika aroma keju, sup tomat dan roti gandum menggoda indra penciumannya.
Seperti hari libur pada umumnya, kastil itu penuh sesak dengan rombongan pengunjung. Anak-anak berlari berkeliaran, saling berkejaran dan bersendau gurau. Azzura terbang meliuk tinggi rendah. Balmut sibuk mengendus, matanya sigap dan waspada. Ia akui monster bernama manusia, tidak akan pernah senang dengan kunjungannya. Mendadak hatinya ngilu, setiap kali teringat akan hal itu.

"Awas Azzura...lihat di depanmu !!!" teriak Balmut tiba-tiba.

terlambat...

BLAMMM!!!!

terdengar suara pintu yang tak sengaja tertutup karena bantingan keras anak-anak yang tengah asik bermain.

Sebelah sayap Azzura patah.

Hening...

Terbayang raut wajah kecewa Papa dan Mama.

Ada sedih di hati Balmut, namun juga ada sebersit bahagia yang kurang bijak untuk dirasa.

Azzura, lihat..kamu sudah tidak lucu lagi.

Minggu, 18 Maret 2012

Cinta Yang Menyembuhkan

Bertemu denganmu adalah anugerah bagiku.

Nona....

Tidakkah bagimu wajahku menakutkan?
Tidakkah aku seperti monster buruk rupa?
Tidakkah kamu takut..karena aku seringkali mengamuk?

"Pagi Reno..." sapamu setiap pagi sembari memberiku beberapa potongan biskuit jahe.

Aku seringkali berpura-pura memakannya di hadapanmu, hanya untuk membuatmu senang.
Aku tidak rela senyum yang terulas di lesung pipitmu itu sirna. 
Biskuit jahemu itu pedas Nona..dan terasa pahit di mulutku.
Tidakkah kamu menyadarinya?

Kamu selalu tampak senang ketika aku memainkan biskuit itu dengan tanganku.
Kamu pun tertawa ketika jari-jari dan gigiku telah merubah bentuk biskuit itu menjadi
remahan-remahan biskuit yang tak lagi sedap dipandang.

"Reno..aku punya susu untukmu..Minum sama-sama yuk?" ajakmu sore itu.

Aku selalu menikmati kebersamaan kita minum susu. Karena di situlah saat dimana kamu
selalu berbagi cerita tentang keluargamu dan teman-temanmu.
Satu hal yang menggangguku adalah kamu sudah menanggalkan baju putih merahmu
dan kucir merah stroberimu. 
Bukannya tidak lagi terlihat cantik, tapi aku lebih suka ketika kamu memakai warna merah.
Sudahlah.. kapanpun itu, bagiku kamu selalu tampak menggemaskan.

Sesekali kamu bercerita sambil tertawa terpingkal-pingkal. 
Bagaimana kamu sudah bisa bermain harmonika.
Bagaimana kamu sudah bisa menggambar gunung dan sawah.
Bagaimana kamu memamerkan dress polkadot warna merah putih pemberian Mama-mu.

Seringkali juga kamu bercerita dengan nada kesal.
Bagaimana jahilnya kakakmu yang telah mengambil roti bakar coklat kejumu.
Bagaimana pita ungumu rusak ketika salah seorang temanmu menarik rambutmu.
Bagaimana kamu merintih sakit karena kakimu memar akibat terjatuh saat bermain
petak umpet.

Jika sudah begitu..
Aku akan dengan sigap memainkan lakonku.
Akan aku pasang tampang paling lucu sedunia, walau aku tahu aku tidak akan pernah bisa selucu Milky, kucing peliharaanmu.
Akan aku pamerkan keahlianku bermain akrobatik.
Akan aku perlihatkan kemahiranku mengolah bola.
dan kamu akan tertawa terbahak ketika aku jatuh terjerembab dalam kubangan air yang membuat tubuhku basah kuyup.
Bagiku, tak mengapa Nona.
Bisa mengembalikan senyummu itu sudah lebih daripada cukup.

Dan hal yang paling menyebalkan adalah ketika panggilan Mama-mu memisahkan kebersamaan kita.
Kamu akan berlari kencang pulang ke rumah karena takut Mama-mu marah.
Dan aku kembali sendiri lalu kesepian.

***

Tidak ada yang suka padaku. Tidak terkecuali Mama-mu dan teman-temanmu.
Bahkan mereka.
Katanya aku kotor.
Katanya aku dekil.
Katanya aku menjijikkkan.
Katanya lagi aku jahat. Padahal kenalpun tidak.
Katanya aku berbahaya.
Aku bukan pembunuh bayaran. Aku juga bukan predator. 
Jadi kenapa?
Apa alasan mereka mencibirku. Memakiku.  Menendangku.
Memukulku dengan tongkat panjang itu.
Melemparku dengan apapun yang ada di samping mereka.
Sehina itukah?
Aku memang terkadang menyebalkan.
Tidak jarang aku pasang muka memelas agar ada yang mau membagiku sedikit saja makanan ataupun tempat untuk berlindung dari panas dan hujan.
Apakah terlalu banyak yang aku minta?
Jika aku tahu dimana ibu dan keluargaku.
Jika aku pun punya rumah seperti milikmu dan mereka.
Aku pun tidak akan mengiba.

Lalu kamu datang Nona. 
Tepat di saat aku merasa rapuh. Tepat ketika aku mengutuk diriku sendiri atas kelahiranku.
Kamu datang mengusap kepalaku. 
Kamu obati setiap lebam dan luka di sekujur tubuhku.
Walau memang kuakui kamu belum mahir membalutkan perban itu.
Kamu ajak aku bermain dan melupakan sedihku.
Kamu selimuti aku ketika aku menggigil kedinginan.
Kamu yang tetap ingin dekat denganku ketika yang lain menghindar dariku.
Siapa sangka ketulusan itu justru muncul dari gadis mungil yang baru menginjak umur 6 tahun?

Cintamu yang menyembuhkan aku Nona.
Kamu membuatku yakin aku tidak sendirian.
Kamu membuatku percaya, bahwa Tuhan menciptakan makhluknya dengan alasan.
Aku merasa lebih punya arti dengan hadirmu Nona.
Nona, aku jatuh cinta...

***
Empat hari sudah aku berputar dan berlari mengitari blok rumahmu.
Aku gusar. Kamu sudah jarang muncul. 
Aku rindu.

Dan baru kutahu.
Kamu sudah tidak lagi tinggal di rumah itu.
Wajah baru mengisi rumahmu.
Dan mereka tidak seramah kamu.

"Hei...jelek. Jauh-jauh dari rumahku. Kakimu yang dekil itu hanya akan mengotori lantai rumah ini dengan lumpur."
teriak bibik yang bekerja disana, sembari melempar kepalaku dengan sandal, saat aku menunggumu di depan pagar.

Nona..
Kamu dimana?
Kenapa tidak ada sepatah dua patah kata?
Aku bahkan belum sempat menanyakan nama aslimu.
Aku bahkan belum belajar menyampaikan ucapan terima kasihku padamu.

Aku kembali sendiri.
Luka yang sempat sembuh itu menganga lagi.
Aku kesepian.
Aku kehilangan.
Cinta yang menyembuhkan seperti milikmu, dimana lagi dapat kutemukan.
Kutangisi kepergianmu
Dan ku hanya bisa mengaum, menyalak dan menggonggong.
Begitu terus..
terus..
dan terus...

Auuummmmmmm........
Gukk..
Gukk..
Gukk..
Auummmmmm..........

My Name is Moreno, but You can caLL me Reno or Sweeto :)

-the End-


Rabu, 14 Maret 2012

Aku Sakit Karenamu, GIGI

Entah sudah berapa kliping yang Sumayah kumpulkan.
Semua dengan tajuk yang sama yakni "Dewa". 
Album kliping itu penuh dengan foto-foto dan profil Dewa.
Makanan dan warna favoritnya, pendidikan terakhirnya,hobi terbarunya, band idolanya dan masih banyak lagi. 
Lebih dari empat tahun lamanya Sumayah mengagumi Dewa.
Setiap gerak laku Dewa tidak pernah luput dari pengamatannya.

Entah apa yang istimewa dari Dewa.
Tapi nyatanya lelaki berkumis ini terbukti mampu meluluhlantakkan Sumayah.
Sumayah memang belum mengenal Dewa dengan baik,
tapi Sumayah percaya bahwa Dewa adalah takdirnya.

Banyak yang bilang Sumayah konyol dan terlalu banyak bermimpi.

"Kamu dan  mas Dewa itu beda kasta May..Mimpi kalo kamu mau kawin ama dia"
 celetuk Srintil

"Apa yang salah Sri.. kan aku dan Mas Dewa sama-sama makhluk Tuhan..
 ciptaannya Gusti Alloh..ndak ada bedanya..wong yaa sama-sama makan nasi..
 yang bikin beda itu cuma kalo dia kencing berdiri kalo aku kan yaa jongkok,,"
 terang Sumayah tergelak.

"Kamu cuma bakal sakit hati May,kalo nurutin mimpimu yang muluk itu..
 Cowok kayak Mas Dewa itu pasti banyak dikelilingi sama cewek-cewek cantik yang pahanya mulus pake rok mini..kayak Syahrini, mana mungkin Mas Dewa mau jalan sama kamu yang kakinya bersisik.. jauh dari cantik
" kata Srintil

"Jadi orang itu ndak boleh pesimis Sri..pamali.. Kanjeng Gusti bisa marah kalo kamu gitu. Lagian di mata Gusti Alloh semua makhluk itu sama. Yang bikin beda itu cuma amal shalihnya aja. Suatu saat nanti, aku bakal bilang ke Mas Dewa kalo aku tresno sama dia. Kamu bantu doa aja Sri..." jawab Sumayah berapi-api.

"Nekat bener kamu May..terserah sajalah kalo begitu,,yang ada malah diusir kamu nanti".

"Tenang Sri,,Mas Dewa ndak sejahat itu,,dia ramah,,sekarang memang belum waktu yang tepat buat ngomong langsung,,Aku sejauh ini cuma masih bisa mengamati dia dari jauh..tapi lihat saja nanti kalo sudah tiba tanggal mainnya"

dan Srintil hanya bisa mengelus dada.

***

Akhirnya penantian yang sudah lama aku tunggu, datang juga Sri..Mas Dewa sore ini mau mampir ke Stadion Sriwedari dan aku bisa menyampaikan perasaanku.

sms dari Sumayah. 

Srintil benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah polah sahabatnya itu.
Apa Sumayah belum sadar juga, kalau antara dia dan Mas Dewa itu bagaikan bumi dan langit. 

Hari itu juga Sumayah bergegas menuju Sriwedari.
Ditinggalkannya rendaman cucian yang belum sempat ia jemur.
Dibiarkannya rumah itu berhias debu.

Sumayah memanggil abang becak. Solo hari itu, tidak selengang biasanya.
Kendaraan padat merayap di sepanjang jalan menuju pusat kota.

Tunggu aku, Mas Dewa. Sebentar lagi aku kesana. batin Sumayah.

Sriwedari begitu ramai. Banyak orang berlalu lalang dengan aktivitasnya masing-masing.
Ada penjaja makanan seperti gula-gula, combro, es doger, sate ayam, ada yang tengah asik berfoto, jogging, atau sekedar duduk-duduk santai dan bercengkerama satu dengan yang lain.

Hingar bingar suara musik terdengar menggema di panggung stadion itu. Dari musik
R n B, musik reggae, pop, jazz, blues, keroncong sampai dangdut koplo pun tak ketinggalan ikut menyemarakkan suasana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Sudah dua jam Sumayah menanti Dewa, tapi yang ditunggu justru belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sudah 2 jam Dewa terlambat.

Waktu berjalan. Lamat-lamat langit makin gelap.
Jarum jam menunjuk pukul 22.00 malam.
Sumayah mulai gusar. Orang-orang pun ikut gusar.

Tes.. Tes...

Hujan pun turun perlahan. Makin lama makin deras. Para penjaja bangkit membawa pergi dagangannya. Bapak-bapak, Ibu-Ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, Adek-adek, berhamburan di bawah hujan saling berebut mencari tempat berteduh. Sebagian lagi menyerah dan memilih pulang. Tapi tidak dengan Sumayah.

Sumayah tetap bersikukuh menanti Dewa. Hanya hari ini kesempatan yang ia miliki.
Ia tidak tahu pasti, jika bukan hari ini, mana mungkin nyali itu muncul lagi.

Sumayah mulai kedinginan. Setelan tipis yang membalut tubuhnya sudah basah kuyup.
Bibirnya pucat dan badannya gemetaran. Mata Sumayah mulai berkunang-kunang, tapi Sumayah tetap mencoba bertahan.

Diantara riuh amarah orang-orang mengutuk hujan dan dilanda putus asa,
Event Organizer  menyampaikan pemberitahuan melalui pengeras suara.

"Maaf teman-teman, KONSER BAND GIGI hari ini batal. Kami baru saja mendapat kabar kalau Armand Maulana, sang vokalis, jatuh sakit dan harus rawat inap di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta Selatan. Uang tiket teman-teman akan kami kembalikan utuh, bla..bla..bla"


Sumayah terkulai lemas. 

***
"Masa bodoh dengan Mas Armand Maulana kalo ndak bisa datang , lhah wong yang aku tunggu Mas Dewa Budjana kok..."  Sumayah tersedu.


"Sudah May,, jangan mewek terus..ayo dimakan buburnya.. lalu diminum obatnya, biar demammu lekas turun" kata Srintil

"Ternyata belum jodoh Sri aku ketemu Mas Dewa,,
  kapan lagi yaa Mas Dewa mau manggung di Solo..
  ternyata Alloh belum ridho, Sri,,aku baru boleh liat Mas Dewa dari layar tipi saja..."
  terang Sumayah melas.

Srintil hanya bisa memandang iba Sumayah yang masih tergolek sakit akibat hujan tadi malam.

Kisah Kupu-Kupu Yang Lucu








“Ayooo…Azzura, sedikit lagi..kamu pasti bisa. Semangat Azzura, lebih tinggi, sedikit lagi..”

Begitulah Mama Azalea mendidik Azzura kecil agar tumbuh menjadi kupu-kupu yang mahir terbang tinggi.
Azzura tumbuh bersama kedua orang tuanya dan ketiga orang kakaknya di sebuah dataran tinggi  nan elok bernama Dianthus, di bawah kaki pegunungan Orchilea. Dianthus merupakan salah satu pemukiman yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Metland, yang saat ini dipimpin oleh Raja Oleander dan Permaisuri Bernadette. 

Papa Azzura, bernama Alvaro, adalah seorang tetua yang dipercaya menjadi Panglima Metland.Mama Azzura, yakni Azalea, semula adalah seorang pewaris tunggal kekayaan Kerajaan Crayonland, akan tetapi hak waris itu dicabut karena Mama Azalea dianggap sebagai pengkhianat karena lebih memilih untuk menikah dengan Alvaro yang berasal dari Suku Metland, musuh bebuyutan Suku Crayonland. Kakak laki-laki dan perempuan Azzura berturut-turut bernama Auro, Abigail, dan Amora.


Meskipun terlahir sebagai anak bungsu, Azzura tidak mendapat perlakuan yang istimewa.  Di mata Papa Alvaro dan Mama Azalea, semua anaknya, tanpa kecuali, adalah sama. Masing-masing dari mereka dilatih untuk dapat hidup mandiri dan dispilin sedari kecil.

"Satu-satunya orang yang bisa kamu andalkan dan kamu percaya di dunia ini, adalah diri kamu sendiri. Jadi belajarlah untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain" pesan Papa Alvaro suatu hari.


Sedikit berbeda dari ketiga kakaknya, Azzura yang telah menginjak remaja, tumbuh menjadi kupu-kupu yang lincah, lucu, cerdas, cantik dan anggun. Hampir setiap orang berdecak kagum melihat pesona Azzura. Pujian-pujian  itu konon membuat hati Azzura melambung tinggi dan membuatnya menjadi pribadi yang angkuh.

"Azzura..mau kemana? Hari sudah menjelang petang..Jangan pergi jauh-jauh" pinta Mama Azalea.

 "Aku ingin turun ke kota, Ma..Aku butuh suasana baru." jawab Azzura.

"Batalkanlah niatmu, Nak.. ingat, 2 hari lagi kamu ada kompetisi "Bejeweled Twist" , kamu harus menjaga kondisi fisikmu. Bukankah lebih baik kamu berlatih dengan Papamu daripada sibuk bermain?" kata Mama mengingatkan.

"Bejeweled Twist" adalah kompetisi terbang yang diikuti hampir seluruh kupu-kupu yang menjadi penghuni dataran tinggi Dianthus. Kompetisi ini diadakan untuk menyemarakkan peringatan ulang tahun Raja Oleander, setiap tahunnya. Barangsiapa memenangkan kompetisi ini, maka Raja menjanjikan jabatan yang tinggi di kerajaan. Para kontestan akan dibagi berdasarkan umur masing-masing dan medan terbang yang dilewati akan disesuaikan dengan umur dan jam terbang kupu-kupu yang bersangkutan. Keluarga Azzura merupakan juara bertahan dalam kompetisi tersebut, tak pelak hal ini membuat Keluarga Azzura mempunyai derajat sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan keluarga kupu-kupu yang lain. Dan, berkat didikan keras Papa Mamanya, Azzura sudah dua kali berturut-turut keluar sebagai juara pertama di level sebayanya.

"Sudahlah Ma..Mama tidak perlu khawatir..Aku pasti menang dalam kompetisi itu. Kompetisi itu bukan masalah besar. Kemenangan dan keberuntungan akan selalu berpihak pada kita Ma."

"Kamu terlalu percaya diri Azzura..Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Lagipula kamu tahu betul, seberapa penting kompetisi itu bagi kehormatan dan harga diri keluarga kita". kata Papa menambahkan.

"Papa Mama terlalu tegang..Kalian hanya perlu sedikit rileks dan yakin. Itu saja."

Azzura melenggang pergi, terbang tinggi dan tak mengindahkan nasihat kedua orang tuanya sama sekali.

***
Setelah melewati lembah,kerakal-kerakal tajam, ngarai-ngarai yang curam dan hamparan bukit-bukit nun hijau, Azzura sampai juga di pusat kota.

Sebuah kebetulan, ia bertemu dengan kawan lamanya seekor tikus kampung, bernama Balmut.

"Azzura..sempat aku tak mengenalimu. Kamu sudah makin besar dan cantik sekarang." sapa Balmut.

"Hai Balmut..dan kamu masih saja dekil dan jorok.  Belum berubah juga rupanya?"  hahaha Azzura tergelak.

"Nada bicaramu masih saja kasar Azzura..kamu pun belum berubah."

"Apa yang aku ungkap itu fakta Balmut..kamu tidak bisa menghindari takdirmu. Yang aku masih pertanyakan, untuk apa Tuhan menciptakan kamu. Kamu tidak ada gunanya. Kamu itu sampah masyarakat. Kamu pengecut. Kamu mencuri makanan-makanan tuanmu. Kamu rusak barang-barang mereka. Tuhan menciptakan kamu, mungkin karena  Tuhan lebih menyayangi ular dan elang. Karena dengan adanya kamu, maka mereka dapat bertahan hidup. Sungguh kenyataan yang menyedihkan."

"Tidakkah kamu melihatku? Aku adalah perlambang keindahan. Aku membantu penyerbukan bunga-bunga. Bunga-bunga tumbuh bermekaran karena jasaku. Tidakkah dapat kamu bayangkan, apa jadinya dunia ini, bila tidak ada bunga-bunga? Dunia ini tidak hidup, Balmut. Dunia ini butuh aku. Sangat berbanding terbalik bukan? karena aku justru menebar kebahagiaan bukan amarah sebagaimana yang mereka rasakan ketika memandangmu".

"Kamu hendak kemana Azzura?" tanya Balmut sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Aku ingin pergi melihat-lihat kastil tua di selatan sana Balmut. Mari bergabung jika kamu ada waktu." jelas Azzura.

"Tapi hati-hati..Penjaga disana sudah bukan yang dulu lagi..kali ini kurang ramah."

"Tenang saja Balmut, kita akan main aman."

***
Kurang lebih setengah jam Azzura terbang melintasi sudut-sudut kastil tua itu. Betapa riangnya hati Azzura, sepanjang perjalanan ia bersenandung. Balmut dengan setia mengikuti di belakangnya, sambil sesekali berbelok, jika aroma keju, sup tomat dan roti gandum menggoda indra penciumannya.
Seperti hari libur pada umumnya, kastil itu penuh sesak dengan rombongan pengunjung. Anak-anak berlari berkeliaran, saling berkejaran dan bersendau gurau. Azzura terbang meliuk tinggi rendah. Balmut sibuk mengendus, matanya sigap dan waspada. Ia akui monster bernama manusia, tidak akan pernah senang dengan kunjungannya. Mendadak hatinya ngilu, setiap kali teringat akan hal itu.

"Awas Azzura...lihat di depanmu !!!" teriak Balmut tiba-tiba.

terlambat...

BLAMMM!!!!

terdengar suara pintu yang tak sengaja tertutup karena bantingan keras anak-anak yang tengah asik bermain.

Sebelah sayap Azzura patah.

Hening...

Terbayang raut wajah kecewa Papa dan Mama.

Ada sedih di hati Balmut, namun juga ada sebersit bahagia yang kurang bijak untuk dirasa.

Azzura, lihat..kamu sudah tidak lucu lagi.

Cinta Yang Menyembuhkan

Bertemu denganmu adalah anugerah bagiku.

Nona....

Tidakkah bagimu wajahku menakutkan?
Tidakkah aku seperti monster buruk rupa?
Tidakkah kamu takut..karena aku seringkali mengamuk?

"Pagi Reno..." sapamu setiap pagi sembari memberiku beberapa potongan biskuit jahe.

Aku seringkali berpura-pura memakannya di hadapanmu, hanya untuk membuatmu senang.
Aku tidak rela senyum yang terulas di lesung pipitmu itu sirna. 
Biskuit jahemu itu pedas Nona..dan terasa pahit di mulutku.
Tidakkah kamu menyadarinya?

Kamu selalu tampak senang ketika aku memainkan biskuit itu dengan tanganku.
Kamu pun tertawa ketika jari-jari dan gigiku telah merubah bentuk biskuit itu menjadi
remahan-remahan biskuit yang tak lagi sedap dipandang.

"Reno..aku punya susu untukmu..Minum sama-sama yuk?" ajakmu sore itu.

Aku selalu menikmati kebersamaan kita minum susu. Karena di situlah saat dimana kamu
selalu berbagi cerita tentang keluargamu dan teman-temanmu.
Satu hal yang menggangguku adalah kamu sudah menanggalkan baju putih merahmu
dan kucir merah stroberimu. 
Bukannya tidak lagi terlihat cantik, tapi aku lebih suka ketika kamu memakai warna merah.
Sudahlah.. kapanpun itu, bagiku kamu selalu tampak menggemaskan.

Sesekali kamu bercerita sambil tertawa terpingkal-pingkal. 
Bagaimana kamu sudah bisa bermain harmonika.
Bagaimana kamu sudah bisa menggambar gunung dan sawah.
Bagaimana kamu memamerkan dress polkadot warna merah putih pemberian Mama-mu.

Seringkali juga kamu bercerita dengan nada kesal.
Bagaimana jahilnya kakakmu yang telah mengambil roti bakar coklat kejumu.
Bagaimana pita ungumu rusak ketika salah seorang temanmu menarik rambutmu.
Bagaimana kamu merintih sakit karena kakimu memar akibat terjatuh saat bermain
petak umpet.

Jika sudah begitu..
Aku akan dengan sigap memainkan lakonku.
Akan aku pasang tampang paling lucu sedunia, walau aku tahu aku tidak akan pernah bisa selucu Milky, kucing peliharaanmu.
Akan aku pamerkan keahlianku bermain akrobatik.
Akan aku perlihatkan kemahiranku mengolah bola.
dan kamu akan tertawa terbahak ketika aku jatuh terjerembab dalam kubangan air yang membuat tubuhku basah kuyup.
Bagiku, tak mengapa Nona.
Bisa mengembalikan senyummu itu sudah lebih daripada cukup.

Dan hal yang paling menyebalkan adalah ketika panggilan Mama-mu memisahkan kebersamaan kita.
Kamu akan berlari kencang pulang ke rumah karena takut Mama-mu marah.
Dan aku kembali sendiri lalu kesepian.

***

Tidak ada yang suka padaku. Tidak terkecuali Mama-mu dan teman-temanmu.
Bahkan mereka.
Katanya aku kotor.
Katanya aku dekil.
Katanya aku menjijikkkan.
Katanya lagi aku jahat. Padahal kenalpun tidak.
Katanya aku berbahaya.
Aku bukan pembunuh bayaran. Aku juga bukan predator. 
Jadi kenapa?
Apa alasan mereka mencibirku. Memakiku.  Menendangku.
Memukulku dengan tongkat panjang itu.
Melemparku dengan apapun yang ada di samping mereka.
Sehina itukah?
Aku memang terkadang menyebalkan.
Tidak jarang aku pasang muka memelas agar ada yang mau membagiku sedikit saja makanan ataupun tempat untuk berlindung dari panas dan hujan.
Apakah terlalu banyak yang aku minta?
Jika aku tahu dimana ibu dan keluargaku.
Jika aku pun punya rumah seperti milikmu dan mereka.
Aku pun tidak akan mengiba.

Lalu kamu datang Nona. 
Tepat di saat aku merasa rapuh. Tepat ketika aku mengutuk diriku sendiri atas kelahiranku.
Kamu datang mengusap kepalaku. 
Kamu obati setiap lebam dan luka di sekujur tubuhku.
Walau memang kuakui kamu belum mahir membalutkan perban itu.
Kamu ajak aku bermain dan melupakan sedihku.
Kamu selimuti aku ketika aku menggigil kedinginan.
Kamu yang tetap ingin dekat denganku ketika yang lain menghindar dariku.
Siapa sangka ketulusan itu justru muncul dari gadis mungil yang baru menginjak umur 6 tahun?

Cintamu yang menyembuhkan aku Nona.
Kamu membuatku yakin aku tidak sendirian.
Kamu membuatku percaya, bahwa Tuhan menciptakan makhluknya dengan alasan.
Aku merasa lebih punya arti dengan hadirmu Nona.
Nona, aku jatuh cinta...

***
Empat hari sudah aku berputar dan berlari mengitari blok rumahmu.
Aku gusar. Kamu sudah jarang muncul. 
Aku rindu.

Dan baru kutahu.
Kamu sudah tidak lagi tinggal di rumah itu.
Wajah baru mengisi rumahmu.
Dan mereka tidak seramah kamu.

"Hei...jelek. Jauh-jauh dari rumahku. Kakimu yang dekil itu hanya akan mengotori lantai rumah ini dengan lumpur."
teriak bibik yang bekerja disana, sembari melempar kepalaku dengan sandal, saat aku menunggumu di depan pagar.

Nona..
Kamu dimana?
Kenapa tidak ada sepatah dua patah kata?
Aku bahkan belum sempat menanyakan nama aslimu.
Aku bahkan belum belajar menyampaikan ucapan terima kasihku padamu.

Aku kembali sendiri.
Luka yang sempat sembuh itu menganga lagi.
Aku kesepian.
Aku kehilangan.
Cinta yang menyembuhkan seperti milikmu, dimana lagi dapat kutemukan.
Kutangisi kepergianmu
Dan ku hanya bisa mengaum, menyalak dan menggonggong.
Begitu terus..
terus..
dan terus...

Auuummmmmmm........
Gukk..
Gukk..
Gukk..
Auummmmmm..........

My Name is Moreno, but You can caLL me Reno or Sweeto :)

-the End-


Aku Sakit Karenamu, GIGI

Entah sudah berapa kliping yang Sumayah kumpulkan.
Semua dengan tajuk yang sama yakni "Dewa". 
Album kliping itu penuh dengan foto-foto dan profil Dewa.
Makanan dan warna favoritnya, pendidikan terakhirnya,hobi terbarunya, band idolanya dan masih banyak lagi. 
Lebih dari empat tahun lamanya Sumayah mengagumi Dewa.
Setiap gerak laku Dewa tidak pernah luput dari pengamatannya.

Entah apa yang istimewa dari Dewa.
Tapi nyatanya lelaki berkumis ini terbukti mampu meluluhlantakkan Sumayah.
Sumayah memang belum mengenal Dewa dengan baik,
tapi Sumayah percaya bahwa Dewa adalah takdirnya.

Banyak yang bilang Sumayah konyol dan terlalu banyak bermimpi.

"Kamu dan  mas Dewa itu beda kasta May..Mimpi kalo kamu mau kawin ama dia"
 celetuk Srintil

"Apa yang salah Sri.. kan aku dan Mas Dewa sama-sama makhluk Tuhan..
 ciptaannya Gusti Alloh..ndak ada bedanya..wong yaa sama-sama makan nasi..
 yang bikin beda itu cuma kalo dia kencing berdiri kalo aku kan yaa jongkok,,"
 terang Sumayah tergelak.

"Kamu cuma bakal sakit hati May,kalo nurutin mimpimu yang muluk itu..
 Cowok kayak Mas Dewa itu pasti banyak dikelilingi sama cewek-cewek cantik yang pahanya mulus pake rok mini..kayak Syahrini, mana mungkin Mas Dewa mau jalan sama kamu yang kakinya bersisik.. jauh dari cantik
" kata Srintil

"Jadi orang itu ndak boleh pesimis Sri..pamali.. Kanjeng Gusti bisa marah kalo kamu gitu. Lagian di mata Gusti Alloh semua makhluk itu sama. Yang bikin beda itu cuma amal shalihnya aja. Suatu saat nanti, aku bakal bilang ke Mas Dewa kalo aku tresno sama dia. Kamu bantu doa aja Sri..." jawab Sumayah berapi-api.

"Nekat bener kamu May..terserah sajalah kalo begitu,,yang ada malah diusir kamu nanti".

"Tenang Sri,,Mas Dewa ndak sejahat itu,,dia ramah,,sekarang memang belum waktu yang tepat buat ngomong langsung,,Aku sejauh ini cuma masih bisa mengamati dia dari jauh..tapi lihat saja nanti kalo sudah tiba tanggal mainnya"

dan Srintil hanya bisa mengelus dada.

***

Akhirnya penantian yang sudah lama aku tunggu, datang juga Sri..Mas Dewa sore ini mau mampir ke Stadion Sriwedari dan aku bisa menyampaikan perasaanku.

sms dari Sumayah. 

Srintil benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah polah sahabatnya itu.
Apa Sumayah belum sadar juga, kalau antara dia dan Mas Dewa itu bagaikan bumi dan langit. 

Hari itu juga Sumayah bergegas menuju Sriwedari.
Ditinggalkannya rendaman cucian yang belum sempat ia jemur.
Dibiarkannya rumah itu berhias debu.

Sumayah memanggil abang becak. Solo hari itu, tidak selengang biasanya.
Kendaraan padat merayap di sepanjang jalan menuju pusat kota.

Tunggu aku, Mas Dewa. Sebentar lagi aku kesana. batin Sumayah.

Sriwedari begitu ramai. Banyak orang berlalu lalang dengan aktivitasnya masing-masing.
Ada penjaja makanan seperti gula-gula, combro, es doger, sate ayam, ada yang tengah asik berfoto, jogging, atau sekedar duduk-duduk santai dan bercengkerama satu dengan yang lain.

Hingar bingar suara musik terdengar menggema di panggung stadion itu. Dari musik
R n B, musik reggae, pop, jazz, blues, keroncong sampai dangdut koplo pun tak ketinggalan ikut menyemarakkan suasana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Sudah dua jam Sumayah menanti Dewa, tapi yang ditunggu justru belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sudah 2 jam Dewa terlambat.

Waktu berjalan. Lamat-lamat langit makin gelap.
Jarum jam menunjuk pukul 22.00 malam.
Sumayah mulai gusar. Orang-orang pun ikut gusar.

Tes.. Tes...

Hujan pun turun perlahan. Makin lama makin deras. Para penjaja bangkit membawa pergi dagangannya. Bapak-bapak, Ibu-Ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, Adek-adek, berhamburan di bawah hujan saling berebut mencari tempat berteduh. Sebagian lagi menyerah dan memilih pulang. Tapi tidak dengan Sumayah.

Sumayah tetap bersikukuh menanti Dewa. Hanya hari ini kesempatan yang ia miliki.
Ia tidak tahu pasti, jika bukan hari ini, mana mungkin nyali itu muncul lagi.

Sumayah mulai kedinginan. Setelan tipis yang membalut tubuhnya sudah basah kuyup.
Bibirnya pucat dan badannya gemetaran. Mata Sumayah mulai berkunang-kunang, tapi Sumayah tetap mencoba bertahan.

Diantara riuh amarah orang-orang mengutuk hujan dan dilanda putus asa,
Event Organizer  menyampaikan pemberitahuan melalui pengeras suara.

"Maaf teman-teman, KONSER BAND GIGI hari ini batal. Kami baru saja mendapat kabar kalau Armand Maulana, sang vokalis, jatuh sakit dan harus rawat inap di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta Selatan. Uang tiket teman-teman akan kami kembalikan utuh, bla..bla..bla"


Sumayah terkulai lemas. 

***
"Masa bodoh dengan Mas Armand Maulana kalo ndak bisa datang , lhah wong yang aku tunggu Mas Dewa Budjana kok..."  Sumayah tersedu.


"Sudah May,, jangan mewek terus..ayo dimakan buburnya.. lalu diminum obatnya, biar demammu lekas turun" kata Srintil

"Ternyata belum jodoh Sri aku ketemu Mas Dewa,,
  kapan lagi yaa Mas Dewa mau manggung di Solo..
  ternyata Alloh belum ridho, Sri,,aku baru boleh liat Mas Dewa dari layar tipi saja..."
  terang Sumayah melas.

Srintil hanya bisa memandang iba Sumayah yang masih tergolek sakit akibat hujan tadi malam.