Rabu, 14 Maret 2012

Aku Sakit Karenamu, GIGI

Entah sudah berapa kliping yang Sumayah kumpulkan.
Semua dengan tajuk yang sama yakni "Dewa". 
Album kliping itu penuh dengan foto-foto dan profil Dewa.
Makanan dan warna favoritnya, pendidikan terakhirnya,hobi terbarunya, band idolanya dan masih banyak lagi. 
Lebih dari empat tahun lamanya Sumayah mengagumi Dewa.
Setiap gerak laku Dewa tidak pernah luput dari pengamatannya.

Entah apa yang istimewa dari Dewa.
Tapi nyatanya lelaki berkumis ini terbukti mampu meluluhlantakkan Sumayah.
Sumayah memang belum mengenal Dewa dengan baik,
tapi Sumayah percaya bahwa Dewa adalah takdirnya.

Banyak yang bilang Sumayah konyol dan terlalu banyak bermimpi.

"Kamu dan  mas Dewa itu beda kasta May..Mimpi kalo kamu mau kawin ama dia"
 celetuk Srintil

"Apa yang salah Sri.. kan aku dan Mas Dewa sama-sama makhluk Tuhan..
 ciptaannya Gusti Alloh..ndak ada bedanya..wong yaa sama-sama makan nasi..
 yang bikin beda itu cuma kalo dia kencing berdiri kalo aku kan yaa jongkok,,"
 terang Sumayah tergelak.

"Kamu cuma bakal sakit hati May,kalo nurutin mimpimu yang muluk itu..
 Cowok kayak Mas Dewa itu pasti banyak dikelilingi sama cewek-cewek cantik yang pahanya mulus pake rok mini..kayak Syahrini, mana mungkin Mas Dewa mau jalan sama kamu yang kakinya bersisik.. jauh dari cantik
" kata Srintil

"Jadi orang itu ndak boleh pesimis Sri..pamali.. Kanjeng Gusti bisa marah kalo kamu gitu. Lagian di mata Gusti Alloh semua makhluk itu sama. Yang bikin beda itu cuma amal shalihnya aja. Suatu saat nanti, aku bakal bilang ke Mas Dewa kalo aku tresno sama dia. Kamu bantu doa aja Sri..." jawab Sumayah berapi-api.

"Nekat bener kamu May..terserah sajalah kalo begitu,,yang ada malah diusir kamu nanti".

"Tenang Sri,,Mas Dewa ndak sejahat itu,,dia ramah,,sekarang memang belum waktu yang tepat buat ngomong langsung,,Aku sejauh ini cuma masih bisa mengamati dia dari jauh..tapi lihat saja nanti kalo sudah tiba tanggal mainnya"

dan Srintil hanya bisa mengelus dada.

***

Akhirnya penantian yang sudah lama aku tunggu, datang juga Sri..Mas Dewa sore ini mau mampir ke Stadion Sriwedari dan aku bisa menyampaikan perasaanku.

sms dari Sumayah. 

Srintil benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah polah sahabatnya itu.
Apa Sumayah belum sadar juga, kalau antara dia dan Mas Dewa itu bagaikan bumi dan langit. 

Hari itu juga Sumayah bergegas menuju Sriwedari.
Ditinggalkannya rendaman cucian yang belum sempat ia jemur.
Dibiarkannya rumah itu berhias debu.

Sumayah memanggil abang becak. Solo hari itu, tidak selengang biasanya.
Kendaraan padat merayap di sepanjang jalan menuju pusat kota.

Tunggu aku, Mas Dewa. Sebentar lagi aku kesana. batin Sumayah.

Sriwedari begitu ramai. Banyak orang berlalu lalang dengan aktivitasnya masing-masing.
Ada penjaja makanan seperti gula-gula, combro, es doger, sate ayam, ada yang tengah asik berfoto, jogging, atau sekedar duduk-duduk santai dan bercengkerama satu dengan yang lain.

Hingar bingar suara musik terdengar menggema di panggung stadion itu. Dari musik
R n B, musik reggae, pop, jazz, blues, keroncong sampai dangdut koplo pun tak ketinggalan ikut menyemarakkan suasana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Sudah dua jam Sumayah menanti Dewa, tapi yang ditunggu justru belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sudah 2 jam Dewa terlambat.

Waktu berjalan. Lamat-lamat langit makin gelap.
Jarum jam menunjuk pukul 22.00 malam.
Sumayah mulai gusar. Orang-orang pun ikut gusar.

Tes.. Tes...

Hujan pun turun perlahan. Makin lama makin deras. Para penjaja bangkit membawa pergi dagangannya. Bapak-bapak, Ibu-Ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, Adek-adek, berhamburan di bawah hujan saling berebut mencari tempat berteduh. Sebagian lagi menyerah dan memilih pulang. Tapi tidak dengan Sumayah.

Sumayah tetap bersikukuh menanti Dewa. Hanya hari ini kesempatan yang ia miliki.
Ia tidak tahu pasti, jika bukan hari ini, mana mungkin nyali itu muncul lagi.

Sumayah mulai kedinginan. Setelan tipis yang membalut tubuhnya sudah basah kuyup.
Bibirnya pucat dan badannya gemetaran. Mata Sumayah mulai berkunang-kunang, tapi Sumayah tetap mencoba bertahan.

Diantara riuh amarah orang-orang mengutuk hujan dan dilanda putus asa,
Event Organizer  menyampaikan pemberitahuan melalui pengeras suara.

"Maaf teman-teman, KONSER BAND GIGI hari ini batal. Kami baru saja mendapat kabar kalau Armand Maulana, sang vokalis, jatuh sakit dan harus rawat inap di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta Selatan. Uang tiket teman-teman akan kami kembalikan utuh, bla..bla..bla"


Sumayah terkulai lemas. 

***
"Masa bodoh dengan Mas Armand Maulana kalo ndak bisa datang , lhah wong yang aku tunggu Mas Dewa Budjana kok..."  Sumayah tersedu.


"Sudah May,, jangan mewek terus..ayo dimakan buburnya.. lalu diminum obatnya, biar demammu lekas turun" kata Srintil

"Ternyata belum jodoh Sri aku ketemu Mas Dewa,,
  kapan lagi yaa Mas Dewa mau manggung di Solo..
  ternyata Alloh belum ridho, Sri,,aku baru boleh liat Mas Dewa dari layar tipi saja..."
  terang Sumayah melas.

Srintil hanya bisa memandang iba Sumayah yang masih tergolek sakit akibat hujan tadi malam.

Aku Sakit Karenamu, GIGI

Entah sudah berapa kliping yang Sumayah kumpulkan.
Semua dengan tajuk yang sama yakni "Dewa". 
Album kliping itu penuh dengan foto-foto dan profil Dewa.
Makanan dan warna favoritnya, pendidikan terakhirnya,hobi terbarunya, band idolanya dan masih banyak lagi. 
Lebih dari empat tahun lamanya Sumayah mengagumi Dewa.
Setiap gerak laku Dewa tidak pernah luput dari pengamatannya.

Entah apa yang istimewa dari Dewa.
Tapi nyatanya lelaki berkumis ini terbukti mampu meluluhlantakkan Sumayah.
Sumayah memang belum mengenal Dewa dengan baik,
tapi Sumayah percaya bahwa Dewa adalah takdirnya.

Banyak yang bilang Sumayah konyol dan terlalu banyak bermimpi.

"Kamu dan  mas Dewa itu beda kasta May..Mimpi kalo kamu mau kawin ama dia"
 celetuk Srintil

"Apa yang salah Sri.. kan aku dan Mas Dewa sama-sama makhluk Tuhan..
 ciptaannya Gusti Alloh..ndak ada bedanya..wong yaa sama-sama makan nasi..
 yang bikin beda itu cuma kalo dia kencing berdiri kalo aku kan yaa jongkok,,"
 terang Sumayah tergelak.

"Kamu cuma bakal sakit hati May,kalo nurutin mimpimu yang muluk itu..
 Cowok kayak Mas Dewa itu pasti banyak dikelilingi sama cewek-cewek cantik yang pahanya mulus pake rok mini..kayak Syahrini, mana mungkin Mas Dewa mau jalan sama kamu yang kakinya bersisik.. jauh dari cantik
" kata Srintil

"Jadi orang itu ndak boleh pesimis Sri..pamali.. Kanjeng Gusti bisa marah kalo kamu gitu. Lagian di mata Gusti Alloh semua makhluk itu sama. Yang bikin beda itu cuma amal shalihnya aja. Suatu saat nanti, aku bakal bilang ke Mas Dewa kalo aku tresno sama dia. Kamu bantu doa aja Sri..." jawab Sumayah berapi-api.

"Nekat bener kamu May..terserah sajalah kalo begitu,,yang ada malah diusir kamu nanti".

"Tenang Sri,,Mas Dewa ndak sejahat itu,,dia ramah,,sekarang memang belum waktu yang tepat buat ngomong langsung,,Aku sejauh ini cuma masih bisa mengamati dia dari jauh..tapi lihat saja nanti kalo sudah tiba tanggal mainnya"

dan Srintil hanya bisa mengelus dada.

***

Akhirnya penantian yang sudah lama aku tunggu, datang juga Sri..Mas Dewa sore ini mau mampir ke Stadion Sriwedari dan aku bisa menyampaikan perasaanku.

sms dari Sumayah. 

Srintil benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah polah sahabatnya itu.
Apa Sumayah belum sadar juga, kalau antara dia dan Mas Dewa itu bagaikan bumi dan langit. 

Hari itu juga Sumayah bergegas menuju Sriwedari.
Ditinggalkannya rendaman cucian yang belum sempat ia jemur.
Dibiarkannya rumah itu berhias debu.

Sumayah memanggil abang becak. Solo hari itu, tidak selengang biasanya.
Kendaraan padat merayap di sepanjang jalan menuju pusat kota.

Tunggu aku, Mas Dewa. Sebentar lagi aku kesana. batin Sumayah.

Sriwedari begitu ramai. Banyak orang berlalu lalang dengan aktivitasnya masing-masing.
Ada penjaja makanan seperti gula-gula, combro, es doger, sate ayam, ada yang tengah asik berfoto, jogging, atau sekedar duduk-duduk santai dan bercengkerama satu dengan yang lain.

Hingar bingar suara musik terdengar menggema di panggung stadion itu. Dari musik
R n B, musik reggae, pop, jazz, blues, keroncong sampai dangdut koplo pun tak ketinggalan ikut menyemarakkan suasana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Sudah dua jam Sumayah menanti Dewa, tapi yang ditunggu justru belum juga menunjukkan batang hidungnya. Sudah 2 jam Dewa terlambat.

Waktu berjalan. Lamat-lamat langit makin gelap.
Jarum jam menunjuk pukul 22.00 malam.
Sumayah mulai gusar. Orang-orang pun ikut gusar.

Tes.. Tes...

Hujan pun turun perlahan. Makin lama makin deras. Para penjaja bangkit membawa pergi dagangannya. Bapak-bapak, Ibu-Ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, Adek-adek, berhamburan di bawah hujan saling berebut mencari tempat berteduh. Sebagian lagi menyerah dan memilih pulang. Tapi tidak dengan Sumayah.

Sumayah tetap bersikukuh menanti Dewa. Hanya hari ini kesempatan yang ia miliki.
Ia tidak tahu pasti, jika bukan hari ini, mana mungkin nyali itu muncul lagi.

Sumayah mulai kedinginan. Setelan tipis yang membalut tubuhnya sudah basah kuyup.
Bibirnya pucat dan badannya gemetaran. Mata Sumayah mulai berkunang-kunang, tapi Sumayah tetap mencoba bertahan.

Diantara riuh amarah orang-orang mengutuk hujan dan dilanda putus asa,
Event Organizer  menyampaikan pemberitahuan melalui pengeras suara.

"Maaf teman-teman, KONSER BAND GIGI hari ini batal. Kami baru saja mendapat kabar kalau Armand Maulana, sang vokalis, jatuh sakit dan harus rawat inap di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta Selatan. Uang tiket teman-teman akan kami kembalikan utuh, bla..bla..bla"


Sumayah terkulai lemas. 

***
"Masa bodoh dengan Mas Armand Maulana kalo ndak bisa datang , lhah wong yang aku tunggu Mas Dewa Budjana kok..."  Sumayah tersedu.


"Sudah May,, jangan mewek terus..ayo dimakan buburnya.. lalu diminum obatnya, biar demammu lekas turun" kata Srintil

"Ternyata belum jodoh Sri aku ketemu Mas Dewa,,
  kapan lagi yaa Mas Dewa mau manggung di Solo..
  ternyata Alloh belum ridho, Sri,,aku baru boleh liat Mas Dewa dari layar tipi saja..."
  terang Sumayah melas.

Srintil hanya bisa memandang iba Sumayah yang masih tergolek sakit akibat hujan tadi malam.