Minggu, 18 Maret 2012

Cinta Yang Menyembuhkan

Bertemu denganmu adalah anugerah bagiku.

Nona....

Tidakkah bagimu wajahku menakutkan?
Tidakkah aku seperti monster buruk rupa?
Tidakkah kamu takut..karena aku seringkali mengamuk?

"Pagi Reno..." sapamu setiap pagi sembari memberiku beberapa potongan biskuit jahe.

Aku seringkali berpura-pura memakannya di hadapanmu, hanya untuk membuatmu senang.
Aku tidak rela senyum yang terulas di lesung pipitmu itu sirna. 
Biskuit jahemu itu pedas Nona..dan terasa pahit di mulutku.
Tidakkah kamu menyadarinya?

Kamu selalu tampak senang ketika aku memainkan biskuit itu dengan tanganku.
Kamu pun tertawa ketika jari-jari dan gigiku telah merubah bentuk biskuit itu menjadi
remahan-remahan biskuit yang tak lagi sedap dipandang.

"Reno..aku punya susu untukmu..Minum sama-sama yuk?" ajakmu sore itu.

Aku selalu menikmati kebersamaan kita minum susu. Karena di situlah saat dimana kamu
selalu berbagi cerita tentang keluargamu dan teman-temanmu.
Satu hal yang menggangguku adalah kamu sudah menanggalkan baju putih merahmu
dan kucir merah stroberimu. 
Bukannya tidak lagi terlihat cantik, tapi aku lebih suka ketika kamu memakai warna merah.
Sudahlah.. kapanpun itu, bagiku kamu selalu tampak menggemaskan.

Sesekali kamu bercerita sambil tertawa terpingkal-pingkal. 
Bagaimana kamu sudah bisa bermain harmonika.
Bagaimana kamu sudah bisa menggambar gunung dan sawah.
Bagaimana kamu memamerkan dress polkadot warna merah putih pemberian Mama-mu.

Seringkali juga kamu bercerita dengan nada kesal.
Bagaimana jahilnya kakakmu yang telah mengambil roti bakar coklat kejumu.
Bagaimana pita ungumu rusak ketika salah seorang temanmu menarik rambutmu.
Bagaimana kamu merintih sakit karena kakimu memar akibat terjatuh saat bermain
petak umpet.

Jika sudah begitu..
Aku akan dengan sigap memainkan lakonku.
Akan aku pasang tampang paling lucu sedunia, walau aku tahu aku tidak akan pernah bisa selucu Milky, kucing peliharaanmu.
Akan aku pamerkan keahlianku bermain akrobatik.
Akan aku perlihatkan kemahiranku mengolah bola.
dan kamu akan tertawa terbahak ketika aku jatuh terjerembab dalam kubangan air yang membuat tubuhku basah kuyup.
Bagiku, tak mengapa Nona.
Bisa mengembalikan senyummu itu sudah lebih daripada cukup.

Dan hal yang paling menyebalkan adalah ketika panggilan Mama-mu memisahkan kebersamaan kita.
Kamu akan berlari kencang pulang ke rumah karena takut Mama-mu marah.
Dan aku kembali sendiri lalu kesepian.

***

Tidak ada yang suka padaku. Tidak terkecuali Mama-mu dan teman-temanmu.
Bahkan mereka.
Katanya aku kotor.
Katanya aku dekil.
Katanya aku menjijikkkan.
Katanya lagi aku jahat. Padahal kenalpun tidak.
Katanya aku berbahaya.
Aku bukan pembunuh bayaran. Aku juga bukan predator. 
Jadi kenapa?
Apa alasan mereka mencibirku. Memakiku.  Menendangku.
Memukulku dengan tongkat panjang itu.
Melemparku dengan apapun yang ada di samping mereka.
Sehina itukah?
Aku memang terkadang menyebalkan.
Tidak jarang aku pasang muka memelas agar ada yang mau membagiku sedikit saja makanan ataupun tempat untuk berlindung dari panas dan hujan.
Apakah terlalu banyak yang aku minta?
Jika aku tahu dimana ibu dan keluargaku.
Jika aku pun punya rumah seperti milikmu dan mereka.
Aku pun tidak akan mengiba.

Lalu kamu datang Nona. 
Tepat di saat aku merasa rapuh. Tepat ketika aku mengutuk diriku sendiri atas kelahiranku.
Kamu datang mengusap kepalaku. 
Kamu obati setiap lebam dan luka di sekujur tubuhku.
Walau memang kuakui kamu belum mahir membalutkan perban itu.
Kamu ajak aku bermain dan melupakan sedihku.
Kamu selimuti aku ketika aku menggigil kedinginan.
Kamu yang tetap ingin dekat denganku ketika yang lain menghindar dariku.
Siapa sangka ketulusan itu justru muncul dari gadis mungil yang baru menginjak umur 6 tahun?

Cintamu yang menyembuhkan aku Nona.
Kamu membuatku yakin aku tidak sendirian.
Kamu membuatku percaya, bahwa Tuhan menciptakan makhluknya dengan alasan.
Aku merasa lebih punya arti dengan hadirmu Nona.
Nona, aku jatuh cinta...

***
Empat hari sudah aku berputar dan berlari mengitari blok rumahmu.
Aku gusar. Kamu sudah jarang muncul. 
Aku rindu.

Dan baru kutahu.
Kamu sudah tidak lagi tinggal di rumah itu.
Wajah baru mengisi rumahmu.
Dan mereka tidak seramah kamu.

"Hei...jelek. Jauh-jauh dari rumahku. Kakimu yang dekil itu hanya akan mengotori lantai rumah ini dengan lumpur."
teriak bibik yang bekerja disana, sembari melempar kepalaku dengan sandal, saat aku menunggumu di depan pagar.

Nona..
Kamu dimana?
Kenapa tidak ada sepatah dua patah kata?
Aku bahkan belum sempat menanyakan nama aslimu.
Aku bahkan belum belajar menyampaikan ucapan terima kasihku padamu.

Aku kembali sendiri.
Luka yang sempat sembuh itu menganga lagi.
Aku kesepian.
Aku kehilangan.
Cinta yang menyembuhkan seperti milikmu, dimana lagi dapat kutemukan.
Kutangisi kepergianmu
Dan ku hanya bisa mengaum, menyalak dan menggonggong.
Begitu terus..
terus..
dan terus...

Auuummmmmmm........
Gukk..
Gukk..
Gukk..
Auummmmmm..........

My Name is Moreno, but You can caLL me Reno or Sweeto :)

-the End-


Cinta Yang Menyembuhkan

Bertemu denganmu adalah anugerah bagiku.

Nona....

Tidakkah bagimu wajahku menakutkan?
Tidakkah aku seperti monster buruk rupa?
Tidakkah kamu takut..karena aku seringkali mengamuk?

"Pagi Reno..." sapamu setiap pagi sembari memberiku beberapa potongan biskuit jahe.

Aku seringkali berpura-pura memakannya di hadapanmu, hanya untuk membuatmu senang.
Aku tidak rela senyum yang terulas di lesung pipitmu itu sirna. 
Biskuit jahemu itu pedas Nona..dan terasa pahit di mulutku.
Tidakkah kamu menyadarinya?

Kamu selalu tampak senang ketika aku memainkan biskuit itu dengan tanganku.
Kamu pun tertawa ketika jari-jari dan gigiku telah merubah bentuk biskuit itu menjadi
remahan-remahan biskuit yang tak lagi sedap dipandang.

"Reno..aku punya susu untukmu..Minum sama-sama yuk?" ajakmu sore itu.

Aku selalu menikmati kebersamaan kita minum susu. Karena di situlah saat dimana kamu
selalu berbagi cerita tentang keluargamu dan teman-temanmu.
Satu hal yang menggangguku adalah kamu sudah menanggalkan baju putih merahmu
dan kucir merah stroberimu. 
Bukannya tidak lagi terlihat cantik, tapi aku lebih suka ketika kamu memakai warna merah.
Sudahlah.. kapanpun itu, bagiku kamu selalu tampak menggemaskan.

Sesekali kamu bercerita sambil tertawa terpingkal-pingkal. 
Bagaimana kamu sudah bisa bermain harmonika.
Bagaimana kamu sudah bisa menggambar gunung dan sawah.
Bagaimana kamu memamerkan dress polkadot warna merah putih pemberian Mama-mu.

Seringkali juga kamu bercerita dengan nada kesal.
Bagaimana jahilnya kakakmu yang telah mengambil roti bakar coklat kejumu.
Bagaimana pita ungumu rusak ketika salah seorang temanmu menarik rambutmu.
Bagaimana kamu merintih sakit karena kakimu memar akibat terjatuh saat bermain
petak umpet.

Jika sudah begitu..
Aku akan dengan sigap memainkan lakonku.
Akan aku pasang tampang paling lucu sedunia, walau aku tahu aku tidak akan pernah bisa selucu Milky, kucing peliharaanmu.
Akan aku pamerkan keahlianku bermain akrobatik.
Akan aku perlihatkan kemahiranku mengolah bola.
dan kamu akan tertawa terbahak ketika aku jatuh terjerembab dalam kubangan air yang membuat tubuhku basah kuyup.
Bagiku, tak mengapa Nona.
Bisa mengembalikan senyummu itu sudah lebih daripada cukup.

Dan hal yang paling menyebalkan adalah ketika panggilan Mama-mu memisahkan kebersamaan kita.
Kamu akan berlari kencang pulang ke rumah karena takut Mama-mu marah.
Dan aku kembali sendiri lalu kesepian.

***

Tidak ada yang suka padaku. Tidak terkecuali Mama-mu dan teman-temanmu.
Bahkan mereka.
Katanya aku kotor.
Katanya aku dekil.
Katanya aku menjijikkkan.
Katanya lagi aku jahat. Padahal kenalpun tidak.
Katanya aku berbahaya.
Aku bukan pembunuh bayaran. Aku juga bukan predator. 
Jadi kenapa?
Apa alasan mereka mencibirku. Memakiku.  Menendangku.
Memukulku dengan tongkat panjang itu.
Melemparku dengan apapun yang ada di samping mereka.
Sehina itukah?
Aku memang terkadang menyebalkan.
Tidak jarang aku pasang muka memelas agar ada yang mau membagiku sedikit saja makanan ataupun tempat untuk berlindung dari panas dan hujan.
Apakah terlalu banyak yang aku minta?
Jika aku tahu dimana ibu dan keluargaku.
Jika aku pun punya rumah seperti milikmu dan mereka.
Aku pun tidak akan mengiba.

Lalu kamu datang Nona. 
Tepat di saat aku merasa rapuh. Tepat ketika aku mengutuk diriku sendiri atas kelahiranku.
Kamu datang mengusap kepalaku. 
Kamu obati setiap lebam dan luka di sekujur tubuhku.
Walau memang kuakui kamu belum mahir membalutkan perban itu.
Kamu ajak aku bermain dan melupakan sedihku.
Kamu selimuti aku ketika aku menggigil kedinginan.
Kamu yang tetap ingin dekat denganku ketika yang lain menghindar dariku.
Siapa sangka ketulusan itu justru muncul dari gadis mungil yang baru menginjak umur 6 tahun?

Cintamu yang menyembuhkan aku Nona.
Kamu membuatku yakin aku tidak sendirian.
Kamu membuatku percaya, bahwa Tuhan menciptakan makhluknya dengan alasan.
Aku merasa lebih punya arti dengan hadirmu Nona.
Nona, aku jatuh cinta...

***
Empat hari sudah aku berputar dan berlari mengitari blok rumahmu.
Aku gusar. Kamu sudah jarang muncul. 
Aku rindu.

Dan baru kutahu.
Kamu sudah tidak lagi tinggal di rumah itu.
Wajah baru mengisi rumahmu.
Dan mereka tidak seramah kamu.

"Hei...jelek. Jauh-jauh dari rumahku. Kakimu yang dekil itu hanya akan mengotori lantai rumah ini dengan lumpur."
teriak bibik yang bekerja disana, sembari melempar kepalaku dengan sandal, saat aku menunggumu di depan pagar.

Nona..
Kamu dimana?
Kenapa tidak ada sepatah dua patah kata?
Aku bahkan belum sempat menanyakan nama aslimu.
Aku bahkan belum belajar menyampaikan ucapan terima kasihku padamu.

Aku kembali sendiri.
Luka yang sempat sembuh itu menganga lagi.
Aku kesepian.
Aku kehilangan.
Cinta yang menyembuhkan seperti milikmu, dimana lagi dapat kutemukan.
Kutangisi kepergianmu
Dan ku hanya bisa mengaum, menyalak dan menggonggong.
Begitu terus..
terus..
dan terus...

Auuummmmmmm........
Gukk..
Gukk..
Gukk..
Auummmmmm..........

My Name is Moreno, but You can caLL me Reno or Sweeto :)

-the End-