Senin, 02 April 2012

Selamat Ulang Tahun Kamu




Kusesap secangkir cokelat panas  di hadapanku.
Hangat.
Sepintas memori tentangmu berpendar lagi dalam ingatanku.
Sudah sembilan tahun berlalu, sejak peristiwa itu.

Masih di kafe yang sama aku kerap menghabiskan waktuku berjam-jam.
Melahap habis semua koleksi buku-bukuku.
Atau sekedar  ‘blog walking’ untuk menghilangkan penatku.
Yaa..
Tidak jarang aku meluangkan waktuku untuk mampir di Kafe Amarosa,
sebuah tempat yang menyisakan berjuta kenangan antara aku dan kamu.
Kupilih tempat duduk di paling ujung dekat jendela.
Spot teristimewa, katamu dulu.
Dimana kita bisa memandang keluar dan menghirup udara segar.
Menikmati bintang-bintang yang tengah berpijar.

Kebiasaanku tidak pernah berubah.
Refleks kutengadahkan kepalaku setiap kali pintu kafe itu dibuka dan pelayan mengucapkan
‘Selamat datang’.  
Aku selalu berharap, seseorang di balik pintu itu adalah kamu. Lalu kamu akan menghampiriku, menggamit pinggangku, meletakkan bibirmu di atas bibirku, dan kamu bisikkan tiga kata saktimu: “Love You, Kejora”.

Entah mengapa kamu begitu senang memanggilku Kejora. Bagi diriku sendiri julukan itu terlalu anggun. Berbanding terbalik dengan diriku yang cenderung ‘boyish’ .

“Selamat datang……………..”

Sapaan pelayan itu memecah lamunanku.
Sepasang sejoli masuk ke dalam kafe. Mesra.
Mataku tak putus memandangi sosok laki-laki yang berdiri di samping wanita berkerudung keturunan Timur Tengah itu.
Tidak salah lagi, itu kamu.
Bagaimana mungkin akhirnya kita bertemu.

Ingin aku beranjak menghampirimu.
Namun kuurungkan niatku, setelah kuperhatikan ada cincin yang melingkar di jari manismu dan pasanganmu. Kuakui memang sudah lama berlalu. Tak mungkin aku memutar waktu.

Waktu?
Bukankah hari ini hari ulang tahunmu?
1 April. Kamu Aries…
Ide konyol menggelayut dalam pikiranku.

Kupanggil pelayan dan kuberikan secarik kertas itu agar dapat disampaikan padamu.
Harap-harap cemas, aku menanti respon darimu.
Kamu tampak bertanya-tanya sesaat. Senyum simpul tersungging dari bibirmu,
setelah membaca pesanku.

Dear Mr. Aries…
Selamat Ulang Tahun Untuk Kamu
May Allah Bless Your Life

                                           -KeJoRa-

Kamu layangkan pandangan ke seluruh pengunjung kafe itu,, resah.
Dan ketika mata kita sesaat beradu pandang,
seperti yang aku duga,
kamu tidak lagi mengenaliku.
Kamu lewatkan begitu saja tatapanmu.

Kecelakaan mobil telah menghilangkan ingatanmu dan menghapus semua kenangan kita.
Masih teringat jelas, betapa terkejutnya aku mendengar kabar itu. Sebuah kenyataan pahit yang harus aku terima, karena aku tidak punya daya untuk menjemputmu yang tengah mengambil studi di Mesir kala itu. Sebuah pukulan yang berat, karena bahkan Tuhan pun tidak rela aku sekedar menjadi penggalan masa silammu.

Kamu lipat lagi kertas itu, kamu raih punggung tangan istrimu lalu kamu kecup lembut.

Anehnya, aku tidak merasa kalah.
Hatiku kembali utuh melihatmu bahagia dengan hidup barumu.
Ada rasa lega mengalir di relung dadaku.

Sebuah suara menyadarkanku,

“Maaf… Sayang, sudah menunggu lama”, sapa Rene, calon suamiku, sembari memeluk hangat tubuhku.

Mr. Aries.. Tuhan menciptakan kita untuk pernah saling jatuh cinta tapi tidak untuk menghabiskan sisa hidup bersama.

Selamat Ulang Tahun Kamu




Kusesap secangkir cokelat panas  di hadapanku.
Hangat.
Sepintas memori tentangmu berpendar lagi dalam ingatanku.
Sudah sembilan tahun berlalu, sejak peristiwa itu.

Masih di kafe yang sama aku kerap menghabiskan waktuku berjam-jam.
Melahap habis semua koleksi buku-bukuku.
Atau sekedar  ‘blog walking’ untuk menghilangkan penatku.
Yaa..
Tidak jarang aku meluangkan waktuku untuk mampir di Kafe Amarosa,
sebuah tempat yang menyisakan berjuta kenangan antara aku dan kamu.
Kupilih tempat duduk di paling ujung dekat jendela.
Spot teristimewa, katamu dulu.
Dimana kita bisa memandang keluar dan menghirup udara segar.
Menikmati bintang-bintang yang tengah berpijar.

Kebiasaanku tidak pernah berubah.
Refleks kutengadahkan kepalaku setiap kali pintu kafe itu dibuka dan pelayan mengucapkan
‘Selamat datang’.  
Aku selalu berharap, seseorang di balik pintu itu adalah kamu. Lalu kamu akan menghampiriku, menggamit pinggangku, meletakkan bibirmu di atas bibirku, dan kamu bisikkan tiga kata saktimu: “Love You, Kejora”.

Entah mengapa kamu begitu senang memanggilku Kejora. Bagi diriku sendiri julukan itu terlalu anggun. Berbanding terbalik dengan diriku yang cenderung ‘boyish’ .

“Selamat datang……………..”

Sapaan pelayan itu memecah lamunanku.
Sepasang sejoli masuk ke dalam kafe. Mesra.
Mataku tak putus memandangi sosok laki-laki yang berdiri di samping wanita berkerudung keturunan Timur Tengah itu.
Tidak salah lagi, itu kamu.
Bagaimana mungkin akhirnya kita bertemu.

Ingin aku beranjak menghampirimu.
Namun kuurungkan niatku, setelah kuperhatikan ada cincin yang melingkar di jari manismu dan pasanganmu. Kuakui memang sudah lama berlalu. Tak mungkin aku memutar waktu.

Waktu?
Bukankah hari ini hari ulang tahunmu?
1 April. Kamu Aries…
Ide konyol menggelayut dalam pikiranku.

Kupanggil pelayan dan kuberikan secarik kertas itu agar dapat disampaikan padamu.
Harap-harap cemas, aku menanti respon darimu.
Kamu tampak bertanya-tanya sesaat. Senyum simpul tersungging dari bibirmu,
setelah membaca pesanku.

Dear Mr. Aries…
Selamat Ulang Tahun Untuk Kamu
May Allah Bless Your Life

                                           -KeJoRa-

Kamu layangkan pandangan ke seluruh pengunjung kafe itu,, resah.
Dan ketika mata kita sesaat beradu pandang,
seperti yang aku duga,
kamu tidak lagi mengenaliku.
Kamu lewatkan begitu saja tatapanmu.

Kecelakaan mobil telah menghilangkan ingatanmu dan menghapus semua kenangan kita.
Masih teringat jelas, betapa terkejutnya aku mendengar kabar itu. Sebuah kenyataan pahit yang harus aku terima, karena aku tidak punya daya untuk menjemputmu yang tengah mengambil studi di Mesir kala itu. Sebuah pukulan yang berat, karena bahkan Tuhan pun tidak rela aku sekedar menjadi penggalan masa silammu.

Kamu lipat lagi kertas itu, kamu raih punggung tangan istrimu lalu kamu kecup lembut.

Anehnya, aku tidak merasa kalah.
Hatiku kembali utuh melihatmu bahagia dengan hidup barumu.
Ada rasa lega mengalir di relung dadaku.

Sebuah suara menyadarkanku,

“Maaf… Sayang, sudah menunggu lama”, sapa Rene, calon suamiku, sembari memeluk hangat tubuhku.

Mr. Aries.. Tuhan menciptakan kita untuk pernah saling jatuh cinta tapi tidak untuk menghabiskan sisa hidup bersama.